MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANJARNEGARA—Muhammadiyah saat ini tersebar merata se-Indonesia, bahkan sampai ke daerah 3T di mana pemerintah belum hadir untuk memberikan pendidikan bagi anak bangsa, Muhammadiyah hadir membantu negara, memberi solusi terhadap persoalan yang dihadapi negara.
Kenyataan tersebut menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menjadi bukti keberpihakan dan kehadiran Muhammadiyah. Alih-alih menjadi organisasi yang mengembik ke negara dan menjadi benalu, Muhammadiyah justru hadir meringankan kewajiban negara dalam mencerdaskan dan menyehatkan anak bangsa.
“Muhammadiyah membantu negara, memberi solusi terhadap persoalan negara,” ungkap Haedar Nashir, Kamis (29/9) dalam Pengajian Semarak Pra Muktamar ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah yang diadakan Muhammadiyah Banjarnegara.
Haedar menceritakan, bahwa di kawasan Indonesia Timur di mana umat Islam minoritas, Muhammadiyah hadir mendirikan lembaga pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan perguruan tinggi. Meski sebagai organisasi keagamaan, namun pelayanan yang diberikan tidak hanya khusus urusan-urusan agama.
“Contoh ini banyak sekali ketika saya datang ke pelosok-pelosok terjauh bahwa Muhammadiyah hadir bahkan ketika negara belum hadir. Artinya apa ? semangat kemajuan itu selalu hidup tumbuh dan dalam jiwa Muhammadiyah,” kata Haedar.
Menurutnya, semua itu merupakan diinspirasi dari Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 104 dan 110. Ayat ini mendorong bahwa tidak boleh menjadi umat Islam yang biasa-biasa saja, melainkan harus kelebihan. Kelebihan tersebut digunakan untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Oleh karena itu dirinya mendorong warga Muhammadiyah untuk berdaya.
Guru Besar Sosiologi ini menjelaskan bahwa semangat dakwah yang dimiliki oleh Muhammadiyah adalah dakwah yang berjiwa tauhid yang membawa kemajuan. Kehadiran Muhammadiyah merupakan untuk kemanfaatan seluas-luasnya, bukan hanya bagi dirinya sendiri dan umat Islam saja, tetapi seluruh alam.
“Itu karena memang ada di dalam jiwa orang Muhammadiyah, itu jiwa untuk selalu beramal yang membawa pada kemajuan. Itulah yang kita sebut dengan amal berkemajuan,” ucapnya.
Amal berkemajuan ini telah diletakkan dasarnya oleh Pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan dan Pendiri ‘Aisyiyah, Nyai Siti Walidah. Selain itu, amal berkemajuan ini ditopang oleh landasan teologis dari Spirit Al Ma’un, yang dari situ berdirilah ratusan rumah sakit dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA) dan ribuan Amal Usaha lain.
“Semuanya yang dilakukan oleh Kiai Dahlan itu sesuatu yang tidak lazim saat itu. Termasuk mendirikan ‘Aisyiyah yang saat itu perempuan dianggap hanya untuk urusan domestik,” imbuhnya.