MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Bulan Rabi’ul Awwal dikenal sebagai bulan Maulid Nabi Muhammad Saw. Beberapa negara di Timur Tengah, Asia Selatan hingga Asia tenggara menyelenggarakan perayaan secara berbeda.
“Ini suatu tradisi yang lahir dari keinginan orang untuk menghormati Nabi Muhammad Saw. Kecintaan umat ini pada Nabi sangat luar biasa. Oleh karena itu diekspresikan dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw,” terang Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad.
Dalam Catatan Akhir Pekan TvMu, Ahad (23/10), Dadang menyebut hal utama yang perlu dilakukan dalam perayaan Maulid adalah meneladani akhlak mulia Nabi dan mengamalkannya.
“Risalah beliau berbunyi inama buistu li utamimma al-akhlaq, nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Jadi memang nabinya beraklak mulia, risalahnya tentang akhlak mulia, dan kita pun harus mempunyai akhlak mulia,” kata Dadang.
Dalam Surat Al-Ahzab ayat 21, Allah Swt berfirman bahwa ada suri tauladan mulia yang ada dalam pribadi Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, Dadang berpesan agar umat Islam mencontoh akhlak Nabi, akidah Nabi, dan cara Nabi beribadah dan bermuamalah dengan manusia lainnya.
Kata Dadang, Nabi dikenal sebagai sosok yang sangat ramah, penyabar, selalu menahan amarah, dan memiliki berbagai sikap terpuji lainnya. Hal seperti inilah yang wajib diteladani di dalam Maulid Nabi oleh umat Islam sehingga membawa dampak pada diri dan lingkungannya.
“Zaman sekarang akhlak itu ditinggalkan. Banyak orang ahli ibadah tapi akhlakya buruk, perkataannya menyakitkan, perilakunya kadang-kadang menyalahi agama. Tapi mereka beragamanya beragama Islam. Nah saya kira akhlak ini harus jadi perhatian karena dekadensi moral ini sangat luar biasa,” kata Dadang.
“Kalau pemerintah mengatakan ada revolusi mental, kita bagaimana memperbaiki akhlak yang tadinya buruk, suka bohong, suka mencuri, suka korupsi, zina, sekarang jadi akhlak mulia atau akhlak mahmudah. Saya kira ini menjadi tuntunan kita dari Sirah Nabawiyah,” tegasnya. (afn)