MUHAMMADIYAH.OR.ID, KEBUMEN – Hidup matinya Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan, tergantung dari hidup tidaknya Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting, serta masjid-masjid Muhammadiyah di kawasan itu.
Demikian terang Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jamaluddin Ahmad pada Pengajian Ahad Pagi Kebumen, Ahad (18/9).
“Ranting itu juga betul-betul pusat gerakan Muhammadiyah. Kantor Pimpinan Pusat memang di Jogja dan Jakarta, secara birokrasi dan administrasi. Tapi Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan, pusatnya bukan di kantor PP, bukan di kantor Wilayah, bukan di kantor PDM, tapi pusat Muhammadiyah sebagai gerakan sebenarnya di Cabang dan Ranting,” ungkapnya.
“Kalau Ranting mati, Cabang-Cabang mati pengajiannya, mati masjidnya, meskipun gedung PP megah lantai 10, gedung PWM lantai 5, gedung PDM lantai 5, maka Muhamamdiyah sebagai gerakan sebenarnya sudah mati,” imbuh Jamaluddin.
Menurut Jamaluddin, Cabang dan Ranting adalah ujung tombak dari gerakan Muhammadiyah. Cabang dan Ranting yang unggul, adalah yang bisa berperan banyak memajukan dan menyebar luaskan dakwah Persyarikatan. Dalam hal ini dirinya mencontohkan dua Cabang dan Ranting yang berprestasi dalam ajang LPCR Award pada Februari 2022 yang lalu.
“Kenapa Cabang Gombong kemarin dapat penghargaan nasional nomor 1? Bukan karena punya rumah sakit yang hebat, sekolah dan lain-lain, tapi Gombong mampu mendirikan cabang-cabang dan ranting-ranting di luar PCM Gombong. Itulah yang diharapkan oleh LPCR PP Muhammadiyah,” jelasnya.
“Kenapa Cileungsi juara 2 Nasional? Bukan karena punya 5 SMK dan 5 SD dalam satu cabang, tetapi berhasil mendirikan tiga cabang di sebelahnya. Cabang-cabang seperti inilah yang dapat penghargaan nasional. Malu kalau dirinya maju, tetapi Cabang di sekitarnya, Ranting di sekitarnya tidak maju,” tegas Jamaluddin. (afn)