MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Terbukanya akses digital informasi di Indonesia ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan kemanfaatannya. Saat ini 75 persen rakyat Indonesia sudah mengakses media digital.
Sementara itu survei PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebutkan bahwa 63 persen masyarakat terutama kaum muda belajar Islam di dunia digital. Ironisnya, media digital yang berpaham moderat (Al-Wasathiy) seperti Muhammadiyah dan NU hanya 20 persen saja.
Melihat hal ini, dai muda sekaligus influencer media sosial, Habib Husein Ja’far Al-Hadar berharap isu ini ikut dibahas didalam Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta mengingat minimnya dai Muhammadiyah yang terjun secara spesifik di bidang dakwah digital.
“Paling sulit nyari orang Muhammadiyah yang jadi dai digital entah di youtube, media sosial, website, atau apapun. Selalu saya sulit menemukan,” kesannya dalam Sarasehan Pra-Muktamar UMM, Sabtu (3/9).
Husein yang pernah menjabat sebagai redaktur majalah Mata Hati Lazismu ini menganggap sudah sepantasnya Muhammadiyah sebagai organisasi modern memimpin dalam dakwah digital ini.
Apalagi mengingat algoritma di media sosial saat ini didominasi oleh narasi kebencian, polarisasi dan berita palsu. Karena itu nilai-nilai utama yang diusung oleh Muhammadiyah semakin dibutuhkan untuk mengajarkan tentang toleransi, moderasi dan persatuan.
“Karena itu perang utama kita adalah perang algoritma untuk membentuk algoritma di media sosial karena riset PPIM, narasi moderat hanya 20 persen, sedangkan narasi tidak moderat menguasai lebih dari 60 persen. Jadi kelompok moderat ini tiga kali tidak semangat daripada kelompok tidak moderat,” urainya.
Husein juga berharap Angkatan Muda Muhammadiyah terjun lebih aktif untuk menyuarakan nilai dan pemahaman Muhammadiyah di media sosial.
“Saya ingin mendorong teman-teman Muhammadiyah, khususnya teman-teman muda Muhammadiyah untuk mendorong moderatisme digital di tubuh Muhammadiyah dengan membentuk gerakan-gerakan yang memberikan narasi-narasi Islam yang moderat atas nama nilai-nilai Kemuhammadiyahan melalui platform-platform digital, tiktok, website, karena saya rasa di sanalah kekurangan Muhammadiyah sampai saat ini dan justru di sanalah medan pertarungan moderatisme yang paling utama di zaman ini,” pesannya. (afn)