MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG— Jika seorang mahasiswa yang menempuh studi di Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA), maka secara otomatis mahasiswa tersebut masuk ke dalam jaringan 173 PTMA se-Indonesia dengan jumlah mahasiswanya lebih dari 580 ribu.
Jaringan luas yang dimiliki oleh Muhammadiyah ini secara tidak langsung menjadi keuntungan bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi di PTMA. Mahasiswa Muhammadiyah harus pandai-pandai memanfaatkan jaringan itu, dan mereka tidak boleh minder.
Luasnya jaringan di Indonesia tersebut belum lagi ditambah dengan yang berada di negeri Jiran Malaysia. Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad luasnya jaringan yang dimiliki oleh Muhammadiyah ini adalah bekal positif, maka mahasiswa Muhammadiyah harus bangga.
Selain itu, kredibilitas Muhammadiyah dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Sebab, Muhammadiyah telah aktif mencerdaskan putra-putri bangsa sejak sebelum kemerdekaan.
“Anda merupakan bagian dari keluarga mahasiswa Muhammadiyah yang jumlahnya 580.000 di seluruh Indonesia. Di Papua, Manokwari, yang minoritas muslim pun (kampus Muhammadiyah) ada. Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi (yang sudah berusia) 109 tahun dan organisasi Islam tersukses di dunia,” ungkapnya.
Di acara Pekan Sosialisasi dan Orientasi Mahasiswa Baru (PESONAMU) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung, Rabu (21/9) itu, Dadang Kahmad menjelaskan, di abad kedua Muhammadiyah ini bahkan telah mengembangkan jaringan pendidikan ke luar negeri.
Guru Besar Bidang Sosiologi Agama ini menyebut, saat ini Muhammadiyah telah memiliki Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM), Muhammadiyah Australia Collage (MAC), dan beberapa sekolah rintisan di Lebanon, Mesir dan negara-negara lain.
Kepada mahasiswa baru UM Bandung dan PTMA lain, Dadang berpesan supaya selama menempuh studi di Muhammadiyah tidak hanya diniatkan untuk mencari ijazah. Melainkan juga beribadah dan diniatkan untuk pembelajaran.
Oleh karena itu, di era digital seperti sekarang mahasiswa dituntut lebih aktif, tidak hanya mengandalkan dosen. Sebab dunia telah dibukan begitu luasnya, sekat-sekat sudah tidak ada, akses untuk ilmu juga semakin gampang, maka mahasiswa harus lebih mandiri.
“Semangat belajar harus menggebu-gebu. Jangan hanya mengandalkan dosen, tetapi harus punya kemandirian untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber,” tandasnya.