MUHAMMADIYAH.OR.ID, SORONG—Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (LPTK PTMA) menggelar kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Sorong, Papua pada Kamis-Sabtu (08-10/09).
Acara yang diikuti sebanyak 166 dari seluruh PTMA di Indonesia ini turut dihadiri Ketua LPTK PTMA Harun Joko dan Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah Lincolin Arsyad.
Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti mengungkapkan bahwa Rakernas LPTK PTMA merupakan kegiatan rutin yang hingga saat ini telah 14 kali diselenggarakan. Tujuh Rakernas terakhir dilengkapi dengan seminar internasional Profun Edu dengan menghadirkan para pembicara dari luar negeri. Selain itu, seluruh civitas akademik PTMA juga diminta untuk mempresentasikan paper mereka sebelum terbit menjadi artikel jurnal.
“Rakernas LPTK PTMA adalah rangkaian rutin yang sudah berjalan 14 kali. Ini juga dilengkapi dengan seminar internasional namanya Profun Edu dengan mendatangkan pembicara dari Amerika, Australia, Brunei, Malaysia. Diminta ada presenter dari seluruh PTMA untuk mempresentasikan paper-paper mereka untuk menjadi jurnal. Ini kegiatan rutin,” ucap Sayuti saat dihubungi tim redaksi Muhammadiyah.or.id.
Kegiatan Rakernas ini begitu penting sebagai medium konsolidasi agar terus bersinergi bersama seluruh asosiasi LPTK. Selain menggelar seminar internasional, Rakernas ke-14 ini juga melakukan evaluasi kepengurusan asosiasi, meninjau program kerja, dan menentukan kompas kebijakan untuk kedepannya. Harapannya, kegiatan Rakernas ini dapat menghasilkan ide-ide konkrit-solutif agar masa depan pendidikan Indonesia semakin cerah.
“Harapan saya dengan adanya Rakernas ini asosiasi LPTK bisa menghasilkan gagasan, produk-produk konkrit untuk menyelesaikan carut marut pendidikan di Indonesia. Jadi tidak sekadar Rakernas, tapi ada ide yang konstruktif untuk pendidikan Indonesia,” harap Sayuti.
Sayuti juga mengungkapkan alasan mengapa Rakernas tahun ini diselenggarakan di Sorong, Papua, tepatnya di dua kampus persyarikatan yaitu Universitas Muhammadiyah Sorong dan Universitas Muhammadiyah Pendidikan Sorong. Menurutnya, hal ini untuk menunjukkan bahwa episentrum pendidikan di Tanah Air tidak hanya di pulau Jawa, namun meliputi seluruh kawasan Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
“Kenapa di sorong? Masa depan Indonesia itu ada di Papua, Kalimantan, Sulawesi, jadi ini menyimbolkan bahwa episentrum pendidikan itu jangan di jawa terus. Ini asosiasi sangat berani memilih papua karena di Papua ada empat PTM, tiga di antaranya memiliki program pendidikan. Ini menandakan bahwa pendidikan itu jangan terus-terusan Jawa-sentris, mikir dong Papua,” terangnya.
Sayuti merasa tersentuh dengan sambutan yang begitu meriah dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sorong dan Universitas Muhammadiyah Pendidikan Sorong. Bagaimana tidak, kampus persyarikatan yang berada di wiilayah timur Indonesia ini mayoritas diisi oleh mahasiswa yang beragama Katolik dan Kristen.
“Kami sangat tersentuh karena disambut para mahasiswa yang non muslim, disambut dengan begitu meriah dan terharu,” kesannya.
Hits: 20