MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA—Membuka peluang dakwah melalui jalur olahraga, khususnya sepak bola, Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya hadirkan Aji Santoso, Pelatih Persebaya untuk memberikan Kuliah Tamu.
Rektor UM Surabaya, Sukadiono dalam sambutannya menuturkan bahwa kehadiran Aji Santoso merupakan ikhtiar UM Surabaya melahirkan bibit-bibit baru atlet sepak bola nasional. UM Surabaya ingin menjadi bagian dari Surabaya sebagai gudang talenta emas pemain nasional.
“Kuliah Tamu ini kami harapkan akan memberikan kepada kita bagaimana sepak bola Indonesia, sekaligus pengalaman coach Aji bagaimana talenta muda hasil dari kompetisi internal”. Ucapnya pada, Selasa (10/8) di acara Kuliah Tamu Bersama Aji Santoso.
Perjalanan karir Aji Santoso dengan si kulit bundar menurutnya patut diapresiasi, sekaligus sebagai bahan untuk belajar dan menciptakan iklim sepak bola Indonesia lebih baik lagi. Di sisi lain Sukadiono juga berharap melalui kegiatan ini memberi dampak positif ke UM Surabaya.
Sementara itu, coach Aji Santoso mengatakan selama masih ada Negara Indonesia, dia memastikan bahwa sepak bola di Indonesia tidak akan mati. Animo masyarakat Indonesia luar biasa dalam sepak bola, meski ada daerah tidak memiliki klub di liga atas namun militansi mereka terhadap sepak bola dapat diacungi jempol.
Matan win back kiri Persebaya ini mendorong agar sepak bola Indonesia menjadi industri, seperti sepak bola di negara-negara Eropa. Dia meyakini bahwa sepak bola Indonesia sangat bisa menjadi sepak bola industri yang maju, dengan bekal memaksimalkan potensi talenta muda.
“Saya sudah beberapa kali ke Eropa, Denmark, Swedia, Spanyol, melihat talenta-talenta muda di sana. Jujur saya sampaikan bahwa talenta-talenta muda Indonesia sangat tidak kalah dengan mereka,” ucapnya.
Namun talenta muda tersebut seringkali mentok ketika mereka beranjak usia remaja dan profesional. Aji beralasan, mentoknya mereka disebabkan tidak ada yang ‘mengantarkan’. Menurutnya, pencari bakat di Eropa dengan serius dalam mengantarkan talenta muda ke klub-klub sepak bola profesional.
“Dan kompetisi mereka sangat terukur, tidak hanya di usia 14, 16 dan 20 tahun. Tetapi ketika mereka berusia 10 tahun sudah mulai kompetisi. Dan kompetisi di sana, anak-anak di sana sudah bisa menikmati bagaimana bagusnya fasilitas”. Tuturnya.