MUHAMMADIYAH.OR.ID, PALEMBANG – Titik pangkal untuk pengembangan kampus Muhammadiyah dari A ke B dan seterusnya yang tentu tidak hanya bersifat fisik, tetapi di dalamnya ada cita-cita besar, ada tujuan besar, dan sekaligus juga ada usaha yang desainnya juga begitu meyakinkan. Hal itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Ground Breaking IkesT Muhammadiyah Palembang, Selasa (16/8).
Haedar berharap bahwa dari groundbreaking ini, pertama membangun kekuatan kinerja dynamic dari dalam bagi seluruh civitas akademika dari rektor, para pejabat dibawahnya, dan sampingnya sampai ke dosen para tenaga kependidikan dan semua civitas akademika.
“Kenapa saya harapkan bahwa drone ini harus jadi titik pangkal menumbuhkan kinerja dinamic, kinerja dinamic itu kekuatan dari dalam yang sekali kita hadirkan, sekali kita gali itu dia tidak akan pernah berhenti, seperti kita sedang haus, atau ketika kita sedang semangat merantau, biasanya bisa melampaui takaran dirinya. Inilah yang membuat Muhammadiyah terus bergerak maju,” kata Haedar.
“Hari kemarin kita meresmikan gedung 7 lantai, Gedung Fakih Usman Universitas Muhammadiyah Palembang yang megah, yang kemarin saya sampaikan tidak terbayangkan, tapi sekarang megah. Belum selesai diresmikan bahkan sudah dicanangkan juga rencana pembangunan gedung 9 lantai. Ini penanda dari kinerja dinamic, semacam virus yang selalu menjalar dalam tubuh kita untuk selalu membangun, bangun, bangkit, bergerak, usaha, dan tidak pernah lelah dan spirit ini adalah spirit islam,” sambungnya.
Yang kedua, Haedar berharap pengembangan yang cepat dan diapresiasi oleh wilayah itu juga ada aspek kualitas akademik. Dan branding yang distingtif kualitas akademik itu tentu mencerminkan satu dharma dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Di mana dengan basic Al Islam dan Kemuhammadiyahan yang berkemajuan kita mengembangkan fungsi akademik, fungsi penelitian atau riset, dan fungsi pengabdian kepada masyarakat yang makin kesini harus makin progresif.
“Karena dengan progresif dengan berkualitas itu nanti masyarakat percaya bahwa ketika menitipkan putra putrinya ke IkesT Insyaa Allah mereka nanti lulus atau keluar selesai menjadi alumni itu menjadi orang-orang yang mempunyai nilai lebih dari yang lain. Baik kelebihan dalam hal karakter akhlaknya, kelebihan dari cara berpikirnya yang cerdas berilmu, kelebihan dalam hal profesionalitas, bahkan juga kelebihan dalam hal peran sosial karena apapun kita ini hidup di Republik tercinta di mana hidup bermasyarakat itu menjadi bagian dari jiwa kita berbangsa yang mungkin berbeda dengan bangsa yang individualistik,” terang Haedar.
Untuk menuju ke sana, lanjut Haedar, tentu memerlukan gerak bersama internal dari para pimpinan sampai dosen untuk bagaimana memperkuat basis kualitas catur dharma tanpa harus menunggu kampus lagi berkembang. “Dari sejak perubahan IkesT 2 tahun lalu itu gerak dinamik untuk meningkatkan kualitas itu harus menjadi satu kesatuan. Dan juga membangun branding yang sekarang itu dari tulisan. Yang dulu saya tahu itu ditulis besar itu kan untuk memancing orang biarpun kata Pak Romli sulit untuk mengingatnya. Tapi anak-anak muda biasanya bikin sesuatu yang keliatan ada branding, branding fisik itu ya, tetapi ada distingtif ada ke-khas-an dari kampus ini, dari pengelolaan menggabungkan antara kesehatan dan bidang teknologi dimana kesehatan dan teknologi di era sekarang itu tidak lagi bersifat konvensional,” kata Haedar.
Maka Haedar mengimbau untuk melakukan inovasi kajian-kajian aspek-aspek kesehatan apa yang akan menjadi trending baik saat ini dan punya prospek ke depan yang menjadi keperluan masyarakat yang utama. Juga bidang teknologi sekarang kan luar biasa. Kalau kita termasuk para dosennya itu tidak berpikir out box, maka bidang teknologi dan kesehatan itu hanya biasa-biasa saja. Dan kalau biasa-biasa aja itu tidak akan punya branding yang distingtif di mata publik.
“Dan itulah yang akan nanti istilahnya ada gula dan semut, kampus-kampus kita menjadi daya tarik itu memang karena ada distingtif nya, ada branding yang membedakan kita dari yang lain. Nah tentu termasuk pembinaan karakter akhlak mulia yang basisnya islam dan Kemuhammadiyahan yang berkemajuan menjadi bagian dari hidup,” pungkas Haedar.