MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah akan menggelar Muktamar ke-48 di Solo, Jawa Tengah, 18-20 November 2022. Mengambil tema ‘Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta’, Muktamar ini menjadi satu pertanda bahwa Muhammadiyah berkomitmen untuk lebih hadir sebagai bagian tidak terpisahkan dari Indonesia dan dunia.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar mengatakan bahwa padanan ‘Muktamar’ mengandung arti ‘Musyawarah’. Makna kedua kata ini merupakan sinonim. Sebagai aktivitas yang melibatkan banyak orang dalam pertukaran pikiran dan pendapat, prosesi Muktamar harus dilandasi dengan prinsip persaudaraan, persatuan, keterbukaan, dan kesetaraan.
Persiapan paling dasar dari ajang Muktamar ialah meluruskan niat. Kelurusan niat akan menentukan proses serta hasilnya. Sebab sesuatu yang tidak diniati biasanya tidak akan bersungguh-sungguh. Kalau tujuan menghadiri Muktamar telah berniat ingin membuat keributan dan kegaduhan atau meraup keuntungan pribadi, bukan pahala melainkan dosa yang didapat.
“Muktamar itu harus dilandasi dengan niat lurus sebagai pengabdian kepada Allah. Tujuan pokok dari Muktamar adalah melaksanakan tujuan pokok yang dibawa oleh pemangku kepentingan persyarikatan sehingga niat begitu penting,” tutur Syamsul dalam acara Muktamar Talk pada Kamis (10/06).
Selain niat, materi Muktamar harus dikuasai para peserta. Syamsul tidak ingin bila arena Muktamar menjadi ajang debat kusir tanpa makna hanya karena para peserta tidak menguasai materi yang dibahas. Makanya, sebelum Muktamar berlangsung, para peserta seharusnya mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dikupas agar musyawarah berjalan dengan tertib, tenang, dan sampai pada tujuannya.
“Karenanya, di antara persiapan Muktamar, bagi peserta Muktamar yang sudah diamanati oleh pemberi mandat ya harus menguasai materi terlebih dahulu agar proses musyawarah berjalan lancar,” ujar Syamsul.