MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas menyebut bahwa, ilmu yang dimiliki khususnya bagi muslim harus berdasar pada nilai-nilai yang fundamental, yaitu tauhid.
Ilmu yang memiliki nilai dasar tauhid, imbuh Busyro, merupakan ilmu yang mempunyai basic karakter dan orientasi profetik. Basic tersebut mengarahkan ilmu yang dimiliki oleh muslim memiliki tiga dimensi, yaitu liberasi, humanisasi, dan transendensi.
Menjelaskan tentang dimensi liberasi ilmu, menurutnya adalah ilmu yang membebaskan manusia dari lingkaran yang membelenggu genuinitas manusia. Sedangkan, dimensi humanisasi dari ilmu kata Busyro adalah untuk memposisikan manusia sesuai fitrahnya.
“Bahkan harus dihindari suatu ilmu yang membawa proses manusia itu mengalami dehumanisasi,” ungkap Busyro pada (4/4) di acara Tausiyah Online : Dari Narasi Menuju Aksi Ilmu Amaliah Profetik yang diadakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DI. Yogyakarta.
Menurutnya, yang membedakan antara ilmu yang dimiliki oleh muslim dengan yang lain adalah nilai religiusitas. Sebab, pada dimensi liberasi dan humanisasi memiliki sisi sekuler. “Tentau saja dalam kerangka ilmu profetik itu, ilmu harus religius, karena manusia itu homo religius”. Tambahnya.
Penguasaan terhadap ilmu bagi muslim harus membawanya kepada proses transendental atau transendensi. Busyro menyebut, tidak sedikit ilmuan-ilmuan besar termasuk Immanuel Kant filsuf positivistic mengakui akan pentingnya pendekatan transendental.
Termasuk Albert Einstein yang mengatakan bahwa “science without religion is blind, religion without science lame,” yang artinya ilmu tanpa agama itu dan agama tanpa ilmu itu lumpuh atau juga bisa diartikan sebagai kuno.
“Dari dua ini itu kita bisa simpulkan bahwa ilmu yang tidak memiliki patokan-patokan, nilai-nilai dasar tiga yang saya sebutkan tadi, maka ilmu bisa membawa ke kehancuran peradaban alam manusia,” tutur Busyro.
Busyro menegaskan bahwa esensi dari tauhid itu adalah keinsafan hati nurani dan akal budi yang diintegrasikan dengan kesadaran bahwa alam semesta ini ada penciptanya. Konsep pencipta dan being atau mahluk menurutnya sangat logis, serta dapat dijelaskan dengan nalar-nalar sederhana.
Dalam memahami Pencipta, menurut Busyro manusia perlu mengaktifkan dua unsur manusia untuk memahami sesuatu yaitu hati nurani yang bersumber dari hati, dan kemampuan pikiran yang bersumber pada otak.