MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Muhammadiyah senantiasa bergerak dalam lingkungan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal yang sarat dinamika, masalah, dan tantangan aktual. Dalam Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015 silam, Muhammadiyah mencermati perkembangan aktual dalam berbagai ranah kehidupan dari isu keumatan, kebangsaan, hingga masalah kemanusiaan universal.
Anggota Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Gatot Supangkat mengatakan salah satu masalah kemanusiaan universal yang paling aktual adalah persoalan perubahan iklim sebagai dampak dari pemanasan global. Hal yang paling dikhawatirkannya dari perubahan iklim ini adalah mengakibatkan gagal panen, bencana kekeringan yang mengancam ketahanan pangan dunia.
“Kita harus ramah lingkungan, karena manusia itu bagian dari lingkungan. Tema muktamar ‘Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta’ sangat lingkungan sekali itu. Maka di Muhammadiyah tidak boleh lepas dari komitmen kelestarian lingkungan,” ujar Gatot dalam Seminar Pra Muktamar pada Sabtu (09/04).
Menurutnya, ramah lingkungan merupakan perbuatan yang islami. Sebab memeliharanya adalah amanah Allah dan tanggung jawab manusia sebagai khalifatullah fil ardl. Manusia merupakan bagian dari alam yang mempunyai peran atau tugas khusus yakni sebagai khalifah, atau wakil Allah dan pemimpin di bumi (QS.Al An’am: 165). Memelihara lingkungan sama wajibnya dengan memelihara kehidupan dan sebaliknya.
“Lingkungan untuk kehidupan masa depan yang berkelanjutan sehingga diperlukan sikap rasa kepemilikan dan konsistensi (istiqomah) dalam pengelolaannya,” ujar dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Gatot juga menyampaikan bahwa upaya penyelamatan lingkungan tidak bisa hanya dilakukan melalui kegiatan teknis-akademis, karena permasalahan lingkungan lebih luas dari itu. Persoalan lingkungan merupakan hak asasi manusia, sehingga pendekatan yang harus dikembangkan dalam penyelesaiannya pun harus berdasar berbagai multi aspek, termasuk pendekatan pendidikan dan keagamaan. Karena itu diperlukan aksi nyata secara bersama-sama dan berkelanjutan untuk mengurangi dampak pemanasan global melalui usaha-usaha seperti penghijauan hutan, merubah gaya hidup yang boros energi, membersihkan polusi, membangun infrastruktur fisik yang ramah lingkungan, dan lain sebagainya. Jika hanya dilakukan seorang diri atau sebagian kelompok, hal tersebut tidak ada artinya.
“Permasalahan lingkungan universal diperlukan langkah terpadu berbasis masyarakat untuk melakukan aksi bersama antar berbagai komponen masyakarat, terutama komunitas beragama. Kalau baik secara individu tidak ada artinya,” kata Gatot.
Muhammadiyah membuat beberapa program yang sudah dapat dikembangkan dalam Gerakan Hijau Muhammadiyah (GHM): 1) Sekolah/Madrasah/Kampus hijau dan bersih (Kawasan Penyejuk Bumi); 2) Penggunaan Energi yang Hemat dan Efisiensi (Audit Lingkungan Mandiri Muhammadiyah/ (ALiMM – Aksi Hijau Muhammadiyah/Aksi HijauMu); 3) Meminimalkan Penggunaan Kertas (Paperless)-Aksi HijauMu); 4) Pengelolaan Sampah menuju “Zero Waste Management” (Shadaqah Sampah); dan 5) Pemanfaatan Sampah dan Bahan Daur-Ulang (Shadaqah Sampah).