MUHAMMADIYAH.OR.ID, LEBANON—’Aisyiyah harus mulai memikirkan pengembangan dakwah dan kiprah yang lebih luas lagi, tidak hanya level lokal dan nasional. Selama ini tidak ada yang meragukan kontribusi ‘Aisyiyah dalam upaya pemberdayaan perempuan di tingkat nasional. Akan tetapi, Hajriyanto Tohari menginginkan peran ‘Aisyiyah turut pula dirasakan tidak hanya untuk masyarakat Indonesia saja tetapi juga dunia.
“Dalam konteks internasionalisasi ‘Aisyiyah, maka ‘Aisyiyah saya rasa perlu melakukan koordinasi dan kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan di tingkat nasional dan internasional,” kata Duta Besar Indonesia untuk Beirut ini dalam acara diskusi yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Senin (15/11).
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyarankan agar ‘Aisyiyah mulai mengagendakan kunjungan-kunjungan maupun pertemuan-pertemuan dengan gerakan-gerakan perempuan di seluruh dunia. Bisa diawali dari lingkaran negara-negara di Organisasi Kerjasama Islam atau OKI, terutama yang berbasis di Timur Tengah.
Internasionalisasi gerakan ‘Aisyiyah ini berguna tidak sekadar ekspansi organisasi, tetapi juga ekspansi paham pemikiran keagamaan. Selama ini tafsir keagamaan terutama yang menyangkut hajat hidup perempuan didominasi dari konteks dan perspektif negara-negara Timur Tengah. Karenanya, dialog antara ‘Aisyiyah dengan jaringan perempuan muslim di Timur Tengah ini setidaknya agar terjadi tukar pikiran dan pendapat.
“Kerjasama ini bisa diawali di negara-negara Timur Tengah agar bisa tembak langsung ke dunia Arab dalam rangka untuk menjebol stagnasi dan kemandekan perempuan. Ini akan memiliki efek atau dampak yang sangat besar di dunia Islam,” ucap penulis buku Anthropology of the Arabs ini.
Hajriyanto yakin keberadaan ‘Aisyiyah akan sangat bermakna bagi gerakan-gerakan perempuan di dunia Islam. Selama ini pun peran-peran ‘Aisyiyah di lokus Indonesia yang begitu kreatif, progresif, dan maju, akan menjadi inspirasi yang dibutuhkan bagi bangsa-bangsa di dunia Islam khususnya di Timur Tengah.