MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Keberdayaan petani tembakau terus dilemahkan, meski telah melakukan alih tanam dari tanaman tembakau ke komoditas tanaman lain, masalah utamanya akan tetap ada jika kelembagaan pada kelompok tani belum ada ataupun masih lemah.
Demikian disampaikan oleh Ahmad Romadhoni Surya Putra, Anggota Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah yang membidangi peternakan dan pertanian di acara Focus Group Discussions dan Diseminasi Kompilasi Petani Tembakau yang diadakan oleh Center of Human and Economic Development (CHED) ITAD Jakarta pada (12/10).
Dhoni menekankan, bahwa pergantian komoditas tanam tidak akan otomatis menyelesaikan masalah petani. Akan tetapi jika yang didesain adalah kelembagaan petani maka komoditas apapun yang ditanam oleh petani akan membuat mereka lebih merdeka dalam menentukan harga komoditas mereka di pasar.
Dalam penelitian yang pernah dilakukannya, Dhoni menemukan beberapa hal yang membuat petani tidak berdaya ketika dihadapkan dengan pasar, di antaranya adalah fluktuasi harga, akses pasar yang terbatas, termasuk informasi pasar yang tidak simetris. Ihwal tersebut yang menjadikan petani sebagai pihak yang sering dirugikan.
“Jadi di beberapa komoditas kita ‘menyalahkan’ middleman atau pedagang perantara. Tapi dalam pertanian skala usaha kecil, peran mereka ini menjadi sangat penting untuk menghubungkan dengan pasar. Namun memang akibatnya informasi yang didapatkan oleh petani menjadi tidak simetris,” ungkapnya.
Keadaan tersebut mengakibatkan distorsi informasi yang didapatkan oleh petani mengenai pasar. Oleh karena itu Dhoni menyebut kelembagaan petani sebagai benteng bagi mereka ketika menghadapi pasar. Dalam pemberdayaan kelompok tani, menurutnya peran kelembagaan sebagai yang utama untuk dikedepankan.
“Tetapi ketika yang didesain adalah kelembagaan maka apapun komoditasnya, maka petani akan lebih merdeka menanam komoditas sesuai informasi yang dia dapat,” imbuhnya.
Sebab model pemberdayaan petani tembakau dengan alih tanam tidak cukup hanya memilih jenis komoditas tanaman baru yang akan dibudidayakan, tetapi lebih kepada kepastian pasar yang menguntungkan petani. Sebab kepastian pasar adalah suatu yang utama bagi petani.
“Di satu sisi, kemitraan dengan dunia usaha perlu dikembangkan juga, karena bagaimanapun kepastian pasar selain dari sisi informasi itu adalah kepastian produk pertaniannya itu bisa dibeli,” tandasnya.