MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Tiga perangkat pemahaman Tarjih seperti Bayani (dalil), Burhani (Ilmu Pengetahuan), dan Irfani (hikmah) dianggap menjadi watak umum dari para tokoh-tokoh Muhammadiyah sejak Kiai Dahlan hingga saat ini.
Selain dikenal berilmu, tokoh-tokoh Muhammadiyah juga dikenal penuh hikmah dan bersahaja ketika berinteraksi dengan siapa saja, termasuk kelompok yang berbeda atau berlawanan sekalipun.
Hal inilah yang membuat Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mendorong dipahaminya tiga perangkat pemahaman tersebut oleh setiap warga Muhammadiyah.
“Nah Muhammadiyah itu juga punya jiwa, punya nyawa. Nah orang Muhammadiyah ada sebagian yang boleh jadi karena pikirannya terlalu rasional instrumental sehingga seperti mesin,” kritik Haedar dalam forum daring LSBO, Jumat (20/8).
“Juga amar makruf nahi munkar itu penting tapi jangan sampai orang lalu menjadi lari dari agama, lari dari kebenaran karena cara kita. Maka, itulah yang Pak AR Fachrudin lakukan, Pak Badawi lakukan, Kiai Dahlan lakukan. Jadi tegas membawa kebenaran tidak harus garang dan menunjukkan kita itu seperti orang yang tazakkuh, paling bersih paling benar dan paling segala. Tidak perlu,” pesannya.
Penajaman pemahaman Bayani, Burhani dan Irfani ditekankan Haedar agar dalam berbagai dinamika kehidupan, warga Muhammadiyah tidak gagap dan bertindak tidak proporsional.
“Dengan kerendahan hati, tawadhu, tulus, kaya pemikiran, kita bisa berdakwah amar makruf nahi munkar. Jadi itu hal-hal yang memerlukan proses pembudayaan dan ketika kita menghadapi pandemi letakkan konsep memahami musibah pandemi ini perpaduan antara rasional ilmiah dan spiritual ilahiyah. Jangan satu-satu, sehingga kita tidak berdebat lagi,” pungkasnya.