MUHAMMADIYAH.ID, BANDUNG – Lima tahun terakhir, mulai bermunculan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang meraih prestasi baik di level nasional maupun internasional. UMM, UMY, dan UMS misalnya masuk dalam 10 besar kampus Islam terbaik di seluruh dunia.
Tak hanya prestasi atas kualitas, banyak bangunan PTM-PTM yang berdiri megah. Prestasi mentereng ini bagi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir patut untuk disyukuri sekaligus menjadi kebanggaan warga Persyarikatan.
“Kampus kita harus menjadi pride kita. Menjadi mur’uah kita, menjadi marwah kita dan semua harus berada di level itu,” kata Haedar dalam Sertijab UM Bandung, Rabu (16/6).
“Kemajuan yang kita peroleh itu harus menjadi titik ketika kita optimum bangga. Bangga secara fisik, bangga secara kualitas akademik. Nah, nanti akan terlihat kampus itu maju,” imbuhnya.
Kebanggaan ini menurut Haedar bukan malah dianggap biasa saja. Sebab, sikap seperti itu menunjukkan tidak menghargai hasil dari perjuangan yang telah diraih.
“Mungkin bagi kita di internal biasa-biasa saja, (dengan mengatakan) ‘ah itu paling formalitas’. Hati-hati dengan apa yang kita raih, bahwa semua harus kita syukuri dan itu adalah hasil dari proses perjalanan yang panjang,” pesannya.
“(Prestasi) itu tidak tiba-tiba seperti Bandung Bondowoso membangun Prambanan atau Sangkuriang dengan Tangkuban Perahu. Itu proses Tobaqoh An Tobaqoh sejarah panjang dari satu aktor ke aktor lain dan semuanya seperti kita membangun sesuatu yang besar dari fondasi sampai akhir atau finishing,” jelasnya.
“Jadi jangan pernah meremehkan dari apa yang kita capai. Karena selain itu wujud dari kufur nikmat, juga kita tidak punya pride dengan apa yang kita miliki. Organisasi besar karena kita punya kebanggaan. Bila perlu ada fanatisme yang juga membuka ruang kita untuk inklusif. Kalau organisasi tanpa ideologi, tanpa kebanggaan ya dia hanya perkumpulan, dia hanya kerumunan. Organisasi harus punya pride seperti itu. Nah kita bangun ke situ,” tutupnya.