MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA– Kekinian tipologi Muhammadiyah semakin melebar, jika dulu Munir Mulkhan menyebut ada Munu (Muhammadiyah-NU), Munas (Muhammadiyah-Nasionalis), Muhlas (kelompok Al ikhlas), dan Muda (Muhammadiyah-Ahmad Dahlan), kini tipologi itu bertambah.
Menurut Siti Syamsiyatun, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan PP ‘Aisyiyah, tipologi Muhammadiyah sekarang ada yang disebut dengan Musa (Muhammadiyah-Salafi), Krismuha (Kristen-Muhammadiyah), Kosmuha (Kosmopolitan-Muhammadiyah).
“Termasuk dengan berdirinya PCIM di beberapa negara itu memberikan karakter-nuansa yang baru, yang bersifat lebih kosmopolitan, karena melapaskan diri dari lokalitas kejawaan atau kesumateraan itu sudah tidak terlalu kuat, karena mereka berada di lingkungan yang kosmopolitan,” ungkap Syamsiyatun pada (10/6) dalam Bedah Buku : Fenomenologi Islam Modernis.
Menurutnya, seiring perubahan keadaan maka tipologi suatu kelompok akan semakin beragam.
Merujuk ke buku yang ditulis Herman L Beck yang menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang mengaktualisasi Islam, Syamsiyatun menjelaskan, bahwa memang benar demikian, karena di sebagian kalangan umat Islam, aktualisasi Islam tidak menjadi karakter gerakan Islam.
“Jadi ada gerakan Islam yang justru ingin memelihara yang lama, tidak mencoba beradaptasi dengan yang baru,” imbuhnya.
Meminjam istilah dari Amin Abdullah, di kalangan umat Islam terdapat kelompok yang disebut sebagai qira’ah mutakarirah atau kelompok yang dalam membaca teks agama hanya diulang-ulang. Kelompok ini hanya mengulang apa yang sudah dilakukan oleh para pendahulu dan tidak bersentuhan dengan sesuatu yang baru.
Sehinga ketegori aktualisasi Islam yang dilakukan oleh Muhammadiyah masuk dalam kategori qari’ah muntijah atau pembacaan yang menghasilkan suatu yang baru yang relevan dengan zaman. Dalam pembacaannya, Syamsiyatun menyebut, aktualisasi Islam oleh Muhammadiyah berhasil menampakkan ruh vitalitas Islam di Indonesia.
“Kedatangan Muhammadiyah di satu sisi memang menghadirkan ortodoksi untuk mencari kembali ritual-ritual yang dipraktikkan pada masa nabi.” sambungnya
Namun di sisi lain Muhammadiyah juga dikenal sebagai organisasi yang mengenalkan pembaharuan, misalnya dalam bidang pendidikan. Di sekolah-sekolah Muhammadiyah, ilmu tidak diajarkan secara parsial. Hal ini berbeda dengan lembaga pendidikan Islam lain yang masih melakukan dikotomi ilmu dan ilmu masih diajarkan secara parsial.