MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Muhammadiyah saat ini seringkali terlibat aktif dalam isu-isu dunia global. Misalnya, penanganan bencana di tingkat internasional; terlibat dalam resolusi konflik di Filipina; mendirikan lembaga pendidikan di Australia dan Malaysia; berdirinya PCIM di lima benua; dan seni Tapak Suci menjadi medium dakwah di Mesir dan Jerman.
Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, akar persentuhan Muhammadiyah dengan lalu lintas pergaulan global telah ada sejak Kiai Dahlan bermukim di Mekkah. Selama dua kali bermukim di Mekkah, ia telah berkali-kali berinteraksi dengan ragam tokoh pergerakan Islam dari berbagai bangsa dan negara. Di sana Kiai Dahlan membaca karya-karya Muhammad Abduh, misalnya, Risalat al-Tawhid, Al Islam wa al-Nashraniyyah, Majalah al-Urwah al-Wutsqa.
“Kiai Dahlan biarpun tidak sekolah di negeri Barat, tetapi lewat tokoh-tokoh yang dia bersentuhan dengan pemikiran semisal Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani. Dua kali bermukim di Mekkah telah memberikan fondasi dari jejak awal Muhammadiyah membangun hubungan dengan dunia Islam dan dunia internasional,” kata Haedar pada Ahad (20/06).
Dari Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani, Kiai Dahlan menemukan obat paling mujarab untuk menyembuhkan penyakit yang diderita oleh umat Islam Indonesia. Selain itu, menurut Haedar, kedua pembaharu Islam ini telah memberikan karakter kuat dalam diri Kiai Dahlan untuk menjalin hubungan dengan ragam tokoh dan pergerakan.
“Apa yang Kiai Dahlan serap dari dua pemikir, pembaharu, dan pejuang dunia Islam ini (Abduh dan al-Afghani), telah memberi mozaik untuk menempatkan Islam dalam lalu lintas pergaulan antar bangsa, baik dengan dunia muslim maupun dunia Barat,” tutur Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Dua sosok yang memengaruhi alam pikiran Kiai Dahlan ini pernah tinggal beberapa tahun di Paris, Prancis. Di sana Abduh dan al-Afghani menerbitkan tulisan-tulisan yang dimuat di Majalah al-Urwah al-Wutsqa hingga 18 edisi. Melalui majalah ini, kata Haedar, Kiai Dahlan mengenal pemikiran-pemikiran modernisme Barat yang kemudian diintegrasikan dengan wawasan keislaman.
“Maka di kemudian hari setelah merintis Muhammadiyah, Kiai Dahlan tidak gagap dengan relasi antar tokoh dan juga dengan wawasan global. Beliau serap kepanduan internasional menjadi Hizbu Wathan, beliau menggagas gerakan perempuan Islam pertama yang saat itu masih langka,” kata Haedar.
Luasnya pergaulan Kiai Dahlan menjauhkannya dari wawasan yang sempit. Berkat kepiawannya tersebut, Kiai Dahlan beserta tokoh Muhammadiyah lainnya pernah mengutus tim untuk pengorganisasian haji di Mekkah dan Madinah. Selain itu, banyak keterlibatan Muhammadiyah dalam skala internasional.