MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Menjelang Idulfitri 1442 Hijriyah pada Kamis, (13/5) Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak seluruh elemen bangsa terutama para elit di bidang politik maupun agama untuk melakukan gerakan kolektif keteladanan.
“Kata pepatah, ikan busuk dimulai dari kepala. Jadi kalau para elit negeri, elit bangsa, elit masyarakat tidak memberi uswah hasanah, teladan yang baik, maka tentu masyarakat juga tidak akan berperilaku serba baik dan mungkin juga akan mengikuti apa yang ada di para elitnya,” pesan Haedar, Senin (10/5).
Gerakan kolektif itu dianggap penting karena nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang terbingkai dalam Pancasila, nilai-nilai agama dan kebudayaan luhur tidak akan bermakna jika perilaku elit bangsa tidak sejalan antara kata dan tindakan.
“Bagaimana mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, konstitusi, nilai keagamaan dan budaya luhur bangsa yang menjadi kekuatan Indonesia itu kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam urusan publik dan kebijakan berbangsa, bernegara dengan satu di antaranya adalah gerakan keteladanan. Kata sejalan tindakan,” tutur.
“Para elit negeri kita harapkan untuk amanah, jujur, terpercaya, kata sejalan tindakan. Kemudian juga tidak menimbulkan polemik demi hal-hal yang bersifat populisme atau hal-hal lainnya. Juga tidak menyebar pernyataan-pernyataan yang meresahkan, menimbulkan konflik atau perbedaan yang semakin tajam antar komponen bangsa,” imbuhnya.
Bagi elit politik, Haedar berpesan agar menjadikan momentum Ramadan sebagai waktu introspeksi diri dan belajar bersama-sama membangun sistem kolektif agar mampu menjadi suri teladan bagi rakyat secara umum.
“Serta tentu saja memberikan contoh dengan menciptakan kalau di pemerintahan ya good governance, bahwa memerintah ini tidak untuk satu kelompok, satu golongan tertentu. Jangan menyalahgunakan untuk kepentingan diri, kroni, apalagi untuk kepentingan sendiri baik dalam konteks politik, ekonomi, agama dan lain sebagainya,” tegas Haedar.
“Terakhir, bangsa ini harus maju. Bangsa ini harus menjadi contoh dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Maka jadikan puasa dan Idulfitri bagi kaum muslim untuk menjadi aktor-aktor pembawa perubahan menuju kemajuan. Sisihkan segala centang perenang di tubuh bangsa ini,” tambahnya.
“Kita bangun bangsa ini menjadi bangsa maju, tetapi maju berdasar pada nilai-nilai agama, Pancasila dan kebudayaan luhur bangsa. Bukan maju yang serba pragmatis, oportunistik apalagi kemudian lepas dari bingkai nilai,” lanjut Haedar.
“Mudah-mudahan kita semua dapat mengakhiri bulan Ramadan dengan baik, dengan khusyuk dan Beridulfitri dengan penuh semangat, persaudaraan, kasih sayang dan kebersamaan,” pungkasnya.