MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA –Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (LLHPB) menyelenggarakan program Ngaji Lingkungan bertajuk Green Ramadan: Ramadan yang Ramah Lingkungan. Program ini diselenggarakan pada 11 April 2021.
Dra. Hj. Nurni Akma Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PP Aisyiyah memberi sambutan. Kori Majeed Founder Green Ramadan dan penulis buku 40 Green Hadith sebagai narasumber. Nana Firman Wakil Ketua PCIM Amerika Serikat dan aktivis senior Greenfaith US sebagai pemandu dan penerjemah.
Ngaji Lingkungan merupakan prakarsa menarik dan penting. Topik utamanya membahas tradisi baru yang populer dengan istilah green Ramadan atau “Ramadan ramah lingkungan.” Di Amerika, gerakan semacam ini tumbuh subur dan telah menjadi kontribusi kaum muslim global terhadap problem krisis iklim.
Kori Majeed dan Gerakan Ramadan Hijau
Salah satu tradisi di bulan Ramadan adalah iftar atau berbuka puasa. Galibnya, masjid menyediakan hidangan gratis bagi setiap muslim yang singgah untuk berbuka sekaligus melaksanakan salat menjelang waktu maghrib tiba. Bagi muslim Amerika, tradisi iftar tidak hanya menjadi momentum silaturahim dengan minoritas muslim lainnya, tapi juga untuk memperkenalkan sekaligus mengamalkan ajaran-ajaran Islam terkait perintah ramah lingkungan.
Kori Majeed adalah salah satu pelopornya. Perempuan asal Maryland Amerika Serikat ini tergerak membentuk gerakan yang dia namakan sebagai Green Ramadan sejak 2013.
Melalui gerakan tersebut, Kori mendorong umat Islam menumbuhkan kesadaran dan kepedulian sekaligus gaya hidup untuk mengamalkan ajaran Islam terkait perintah ramah lingkungan dimulai dari diri sendiri.
Upaya Kori menyadarkan umat muslim di Amerika dimulai dengan momentum Ramadan sebagai momentum ramah lingkungan. Kori menyebutnya sebagai Green Ramadan.
“Saya memulai Green Ramadan ketika merasa risih dengan sampah dan sisa makanan di masjid setempat selama Ramadan,” ungkap Kori dalam Pengajian Daring Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah bersama dengan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Amerika Serikat, Ahad (11/4).
Kori melihat bahwa angka penggunaan gelas dan piring sekali pakai melonjak selama bulan Ramadan. Belum lagi, makanan yang tidak diinginkan, turut dibuang karena berada dalam satu paket piring berbahan gabus.
Jika perilaku ini dibiarkan, umat Islam ikut terlibat dalam menambah masalah lingkungan. Ironisnya, masalah ini terjadi di bulan suci Ramadan dan Islam memiliki perintah di dalam Al-Quran dan Hadis Nabi terkait upaya menjaga lingkungan.
“Ramadan adalah momen yang tepat untuk menumbuhkan kesadaran. Jadi saya memutuskan untuk tidak menjadi bagian dari permasalahan itu,” jelasnya.
Kori pun membawa alat makan sendiri untuk menghindari wadah makanan sekali pakai. Orang-orang yang melihat keganjilan itu pun mulai menanyakan dan Kori mempergunakannya untuk memberi penjelasan.
Bukan Hanya Untuk Bulan Ramadan Saja
Upaya Kori melalui Green Ramadan adalah program berkesinambungan untuk mengubah cara hidup umat muslim mengenali perintah agamanya terkait kepedulian terhadap lingkungan dan mengamalkannya.
Pada momentum Ramadan, aksi memperkenalkan ajaran Islam diikuti dengan aksi turunan dari memilah jenis sampah yang dihasilkan dalam momen Ramadan.
“Pesannya adalah mengurangi plastik dan melakukan daur ulang. Jadi masjid bisa menjadi pusat untuk memulai upaya mengubah lingkungan,” jelasnya.
Tak cukup dengan pengenalan melalui momentum Iftar, Green Ramadan juga menggandeng para khatib dan da’I untuk memberikan ceramah terkait ajaran ramah lingkungan di dalam Islam.
Islam menurut Kori memiliki ajaran yang melimpah terkait perilaku ramah lingkungan, termasuk salah satunya dicontohkan Nabi sendiri melalui sunnah berwudhu dengan segelas air.
Untuk itu, Kori telah menulis buku elektronik (e-book) dalam bahasa Inggris dan Arab tentang 40 hadis Nabi Muhammad terkait kelestarian lingkungan dan berlaku ihsan terhadap hewan, tanaman dan alam.
Aktivis Muhammadiyah
Nana Firman seorang Senior Ambassador Greenfaith sekaligus Wakil Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Amerika Serikat berharap umat Islam di Indonesia, terutama Muhammadiyah mengambil peran kepeloporan seperti yang dilakukan Kori Majeed.
Meskipun penggunaan gabus dan wadah makanan sekali pakai dalam momentum Ramadan tak sebanyak di Amerika, Nana sepakat bahwa momentum Ramadan adalah momen yang tepat untuk digunakan mengedukasi umat muslim terkait perintah ramah lingkungan melalui khatib atau momen yang ada.
“Banyak kelompok aktivis lingkungan dari kalangan muslim, kenapa kita kita tidak melirik ajaran-ajaran Islam terkait lingkungan,” ungkap Nana.
Menurut Nana ajaran Islam sangat ekologis. “Seorang teman saya di Inggris kaget begitu tahu bahwa isi al-Qur’an ternyata memuat banyak pesan lingkungan” jelas Nana.
Nana juga menambahkan bahwa gerakan Green Ramadan Kori Majeed bisa direplikasi di mana pun. Sebab tanggungjawab umat muslim sekarang adalah meredam dampak buruk krisis iklim.
Nana mengatakan bahwa bulan Ramadan adalah momen paling tepat. “Ini adalah bulan di mana kita diajari untuk mengendalikan diri. Terutama mengendalikan diri dari kebiasaan yang merusak lingkungan.”
Editor: Fauzan AS