MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah kembali selenggarakan Pengajian Ramadan 1442 H dengan tema “Tajdid Organisasi: Muhammadiyah di Era Perubahan”. Di mana tahun sebelumnya, pada Ramadan 1441 H ditiadakan dengan alasan pandemi masih masa puncaknya.
Acara pembukaan Pengajian Ramadan 1442 H dilangsungkan pada (16/4), dan dibuka secara langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Hadir memberi sambutan dalam rangkaian proses pembukaan, Gunawan Budianto (Rektor UMY), dan Ari Anshori (Ketua Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah).
Gunawan dalam sambutannya menyebut, tajdid selain sebagai pembaharuan juga bisa dimaknai dengan re-thinking untuk mengkonstruksi sebuah gerakan. Melihat konteks yang sedang terjadi di Indonesia saat ini, revolusi industri 4.0, menghadirkan permasalahan tersendiri bagi Muhammadiyah.
“Muhammadiyah harus berubah karena Muhammadiyah telah berada pada suatu persimpangan jalan jika Muhammadiyah tidak berhasil melakukan perubahan yang mendasar. Artinya Muhammadiyah masih menerapkan konsep-konsep organisasi yang tradisional,” ungkapnya
Menurutnya, pola tersebut jika tetap dilakukan oleh Muhammadiyah maka tidak heran jika suatu saat nanti Muhammadiyah ditingalkan oleh era modern yang berjalan lebih cepat. Mempercepat proses itu, kata Gunawan, bisa melalui pandemic covid-19 (biological tool) yang sedang terjadi sekarang ini.
Melihat fakta yang sedang terjadi saat ini, Gunawan mengungkapkan bahwa, hampir 2/3 pontensi pembelajaran atau akademik yang dimiliki oleh Muhammadiyah berada pada titik yang paling rendah. Artinya Muhammadiyah harus segera melakukan perombakan-pembaharuan dan beranjak dari konsep-konsep organisasi tradisional jika tidak ingin berada di lini belakang.
Berkaca dari kemajuan industri yang dimiliki oleh Jepang yang sudah berada pada era revolusi industri 5.0, yang memanusiakan teknologi. Menurut Gunawan, Jepang menyadari bahwa konsep kemanusiaan menjadi pilar berbagai sisi kehidupan. Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di Indonesia.
“Justru Jepang sebagai negara dengan teknologi tinggi telah mengumandangkan pentingnya humanisasi teknologi,” imbuhnya
Gunawan berharap, dari pengajian yang rutin diselenggarakan setiap Ramadan ini bisa melakukan reaktualisasi kader Muhammadiyah. Karena kedepan dibutuhkan reformulasi kader Muhammadiyah untuk pemetaan kader lebih jelas. Sehingga sumber daya insani yang dimiliki Muhammadiyah bisa membawa Muhammadiyah di masa akan datang di lini depan.
“Sudah saatnya meletakkan masa depan Persyarikatan Muhammadiyah kepada kader-kader yang telah disiapkan betul. Mereka tertempa untuk berada di dalam gelombang-gelombang era perubahan,” tandas Gunawan