MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Agama adalah obat mujarab untuk menyehatkan cara politik, jadi jangan pisahkan antara agama dengan urusan pembentukan negara dan politik.
Hal itu disampikan oleh Fahmi Muqoddas menirukan Ki Bagus Hadikusumo. Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah sekaligus sesepuh di Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) ini menegaskan, bahwa Ki Bagus adalah tokoh Islam yang dengan tegas menolak pemisahan antara agama dengan urusan politik, terlebih negara.
“Beliau pula yang menolak konsep bahwa agama jangan diikut sertakan dalam pembentukan negara dan politik, karena politik itu kotor dan agama itu suci. Ki Bagus dengan lantang menjawab, Justru agamalah obat mujarab untuk menyehatkan cara berpolitik itu,” ungkapnya saat Pengajian Pondok Budi Mulia pada Rabu (10/3).
Penegasan yang dipegang teguh oleh Ki Bagus ini yang kemudian pada sidang BPUPKI tanggal 18 Agustus 1945 menyepakati dengan menjadikan Pacasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, dan ideologi bangsa Indonesia (Filoshofies Groundslag). Pandangan Ki Bagus sangat visioner karena nilai-nilai agama/Rabbani sangat mendasar bagi pembangunan sebuah bangsa.
Mengutip Prof. Notonagoro (Guru Besar Filsafat UGM), ia mengatakan bahwa susunan Pancasila secara hirarki piramidal itu bermakna bahwa sila ketuhanan yang Maha Esa itu mewarnai, menjiwai, dan mengarahkan serta menggerakkan sila-sila dibawahnya.
“Artinya ketika membahas bagaimana manusia Indonesia itu maka manusia indonesia adalah manusia yang religius dan yang menjadikan nilai-nilai agama sebagai ruh atau jiwa untuk menyelesaikan permasalahan bangsa,” imbuhnya.
Fahmi Muqoddas menambahkan, Ki Bagus pernah mengungkapkan bahwa manusia Indonesia adalah manusia yang bertabiat shaleh. Ungkapan tersebut semakin menegaskan bahwa, negara Republik Indonesia bukan negara sekuler, meskipun juga bukan sebagai negara agama.
“Oleh karena itu, mari kita bersama-bersama melakukan pendalaman kembali serta menghayati kembali sembari mengevaluasi diri, apakah selama ini kita mengurus bangsa ini sudah didasari oleh Nilai-nilai agama, religi, moral, akhlak atau sudah tergerus oleh nilai sekuler, pragmatis, hedonis dan materialistik,” tandasnya.