MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Pendemi merubah segala kondisi manusia, namun sebagai umat muslim hendaknya menghadapi kondisi ini dengan sabar dan tawakal. Meski demikian jangan hanya melihat pandemi covid-19 hanya berdampak negatif, padahal pandemi juga ada dampak positifnya.
Demikian disampaikan Alni Rahmawati, Divisi Koperasi Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP ‘Aisyiyah dalam webinar Konsultasi Ekonomi yang diadakan oleh PP ‘Aisyiyah pada (2/1). Merujuk pada Al Qur’an, umat Islam harusnya menjadi kelompok manusia yang memiliki kesiap-siagaan dalam menghadapi bencana.
Bagi ekonomi, pandemic menyadarkan manusia untuk senantiasa mencadangkan pendapatannya untuk dana cadangan/darurat. Selanjutnya, pandemi ini juga berdampak pada kesadaran manusia untuk melakukan proteksi terhadap diri dan keluarga.
“Kita sudah mulai mencari adanya asuransi jiwa, asuransi kesehatan. Bahkan yang dulu mungkin BPJS nya tidak aktif, diaktifkan,” urainya.
Berbagai macam kesadaran tersebut, merupakan dampak positif dari adanya pandemi. Tidak berlebihan memang, tatkala manusia dalam keadaan tertekan kemudian mengaktifkan kesadaran untuk penyelamatan diri.
Selanjutnya, kesadaran positif akibat pandemi yang relefan dengan perintah Al Qur’an adalah berubahnya pola konsumsi masyarakat yang beralih ke makanan halal, bergizi, sehat, dan bersih. Bukan hanya dalam makanan, umat Islam juga kembali menerapkan kebersihan diri secara ketat selama masa pandemi.
Kebijakan work from home (wfh), juga berdampak pada kondisi perekonomian keluarga. Karena ongkos yang biasa digunakan untuk perjalanan pulang-pergi ke tempat kerja, kini anggaran tersebut disimpang untuk digunakan sebagai dana cadangan/darurat.
Alni menyebutkan, selain alih fungsi anggaran, pandemi ini juga memicu kreativitas dalam aktivitas ekonomi untuk tambahan, yang sebelum masa pandemi jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan, yaitu berjualan secara online.
“Pandemi ini memunculkan suatu krativitas yang tidak kita lakukan saat kondisi normal,” imbuhnya
Di sisi keuangan, manusia tanpa sadar melakukan rencana ulang tentang prioritas anggaran keuangan yang akan dikeluarkan. Jika sebelum pandemi manusia bisa dengan bebas melakukan pengeluaran keuangan, namun kini tidak bisa berlaku demikian.
“Secara tidak kita sadari, kita sudah mulai mengelompok-kelompokan mana yang menjadi skala prioritas itu kita keluarkan terlebih dahulu,” terusnya.