MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Pandemi covid-19 menyebabkan angka perceraian meningkat, luruhnya mental spiritual, termasuk dalam pendidikan menurut beberapa kalangan meyebut sedang terjadi learning lost.
Menurut Abdul Mu’ti, hal ini akan menjadi persoalan serius di masa depan. Learing lost sesuai dengan catatan para ahli dianggap sebagai masalah, jika tidak segera ditangani masalah ini akan menjadi lost generation atau proses degenrasi di masa depan.
“Begitu juga dengan persoalan-persoalan spiritual terutama yang dikaitkan dengan peribadatan,” ungkap Sekretaris Umum PP Muhammadiyah ini pada Jumat (19/2) malam dalam Pengajian Konsolidasi PWM DI Yogyakarta.
Meningkatnya semangat keagamaan masyarakat muslim Indonesia menurut Mu’ti terdapat paradoks di dalamnya, pasalnya semangat yang dimiliki tidak disertai dengan pola pikir yang rasional. Fakta ini menjadi tantangan tersendiri bagi manhaj yang dikembangkan oleh Muhammadiyah.
Namun di sisi lain, adanya pandemi covid-19 ini membuka mata banyak kalangan tentang peran Muhammadiyah yang selalu hadir dan memiliki kepedulian yang tinggi. Menurut survey, Muhammadiyah menjadi organisasi yang paling dermawan, itu juga bisa dilihat melalui penghimpunan dan pendistribusian besarnya dana yang dilakukan oleh Muhammadiyah.
“Laporan yang saya terima kira-kira satu bulan yang lalu dari MCCC sudah lebih dari Rp. 500 M dana yang didistribusikan oleh Muhammadiyah dalam rangka penanggulangan covid-19,” ucapnya
Mu’ti menyebut, ini adalah capaian yang tidak bisa dilepaskan dari soliditias internal Muhammadiyah dan komitmennya dalam mengamalkan Al Qur’an dan Sunnah. Ia juga menegaskan bahwa, Teologi Al Ma’un masih hidup dengan luar biasa di kalangan warga persyarikatan.
Apresiasi yang didapatkan oleh Muhammadiyah bukan hanya datang dari top level pimpinan di negeri ini, tapi juga dari kalangan bawah. Mu’ti menceritakan, ketika banjir di Kudus beberapa waktu lalu, seorang Lurah yang menemuinya ketika kunjungan korban banjir mengapresiasi sampai terharu dengan kepedulian Muhammadiyah.
“Sehingga di Muhammadiyah itu selama covid ini sampai ada yang namanya PLO, PLO itu Pasukan Lali Omah (Pasukan Lupa Rumah). Sampai pada tidak pulang karena semuanya terus terlibat dalam penanggulangan bencana ini,” seloroh Mu’ti
Namun demikian ia berpesan supaya para kader, relawan, dan warga persyarikatan Muhammadiyah tidak berhenti pada yang saat ini sudah dicapai. Ia beralasan karena saat ini tantangan semakin kompleks dan tidak sederhana.