MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Warga Persyarikatan Muhammadiyah jangan larut dengan berbagai macam hiruk-pikuk pertengkaran dan perseteruan oleh hal-hal yang sebenarnya bisa diselesaikan dan tidak perlu terus dibesar-besarkan dalam banyak hal.
Demikian disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Kamis (25/2). Menurutnya, terlarut dalam persoalan seperti yang disebutkan di atas akan menyebebakan kehilangan energi kolektif dan positif kita dalam membangun bangsa.
“Perbedaan tentang banyak hal di tubuh bangsa ini harus menemukan titik dialog, bukan terus diawetkan, dipolitisasi, dan dibesar-besarkan. Pemerintah juga harus semakin arif dan bijaksana,” ungkap Haedar.
Secara tegas ia meminta kepada pemerintah supaya tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, yang akibatnya akan membuat masyarakat semakin gaduh. Di sisi lain masyarakat juga diminta semakin arif dan bijaksana. Karena agenda kedepan lebih berat, yaitu mengangkat harkat, derajat, dan kesejahteraan masyarakat yang menjadi cita-cita panjang dari para pendiri dan penerus.
Karena itu dengan usaha ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan di samping mencerdaskan pemahaman keagamaan dan praktik hidup di masyarakat, maka Muhammadiyah akan terus tidak kenal lelah untuk berbuat baik bagi bangsa dan negara.
“Pesan saya kepada anggota, kader, dan pimpinan jangan habiskan waktu untuk hal-hal yang tidak produktif. Baik di media sosial, maupun dengan interksi sesama,” pesan Haedar
Menurutnya, pekerjaan untuk membangun sumber daya manusia, ekonomi, modal sosial, dan peningkatan kesejateraan memang pekerjaan yang panjang, perlu kesungguhan, kesabaran, dan kolektifitas yang tinggi. Mungkin hal ini tidak populer ditengah masyarakat yang lebih tertarik dengan heroisme parsial, namun Haedar meminta supaya tidak patah arang.
Pasalanya dalam mencintai dan berjuang untuk Islam dan NKRI tidak hanya memerlukan teriakan keras dan lantang. Tanpa menghasilkan langkah-langkah maju bagi kemajuan peradaban bangsa dan umat Islam.
Haedar mengakui, Indonesia sebagai bangsa yang majemuk tidak lepas dari gesekan yang terjadi antar sesama komponen bangsa. Karena itu Muhammadiyah harus diletakkan sebagai perekat, menjadi kekuatan pendamai, solutif dan sejauh mungkin menghindari membesar-besarkan masalah.
“Kalau ada orang berbuat buruk, membuat label-label yang membuat kita tidak nyaman. Namun kita harus tetap berdialog, dengan santun. Tapi lebih dari itu, balaslah keburukan dengan kebaikan. Itulah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW,” ucap Haedar.