MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Projek Museum Muhammadiyah yang sudah digarap dari 2017 lalu mengkombinasikan peran media di bawah naungan MPI seperti Radiomu dalam program Kisah Sang Pencerah (KSP) yang pertama kalinya tayang pada 20 Juli 2020. Program KSP yang digarap Radiomu dan tim Museum Muhammadiyah ini sudah menggunakan visual sehingga untuk menyampaikan kepada Sobatmu (pendengar setia Radiomu) bisa memilih antara audio atau visual.
Selain program talkshow, Kisah Sang Pencerah juga sudah memutarkan film dokumenter untuk pertama kalinya pada 15 Januari 2021 dengan tema Membersamai Muhammadiyah Sejak Dini. Film tersebut diperankan oleh Ismet Wibowo selaku aktivis senior Muhammadiyah yang juga digarap oleh tim Radiomu dibantu oleh tim narasi dan konten museum muhammadiyah.
Widiyastuti, Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah dan Koordinator Pendirian Museum Muhammadiyah menjelaskan pendokumentasian tokoh merupakan bagian dari upaya mendokumentasikan kiprah dan pemikiran tokoh dalam mengembangkan Muhammadiyah.
“Sehingga sekecil apapun kiprah mereka layak untuk didokumentasikan untuk ditransformasikan nilai-nilainya pada generasi sesudahnya,” ungkap Wiwid, dalam rilis yang diterima redaksi Muhammadiyah.or.id, Selasa (25/1).
Menurut Wiwid film dokumenter ini penting karena ada peran yang unik sebagai panitia pusat muktamar dari masa ke masa, aktivis Hizbul Wathan dan penjaga gawang Muhammadiyah di Yogyakarta. Tayangan film perdana ini bisa menjadi inspirasi tentang semangat dan keikhlasan tokoh-tokoh kita dalam mengembangkan Muhammadiyah di tengah keterbatasannya.
Harapannya mulai banyak muncul di program Kisah Sang Pencerah ini setelah pemutaran film dokumenter yang membuka peluang pendokumentasian tokoh Muhammadiyah diberbagai lokasi lainnya.
“Nantinya setiap wilayah bisa melakukan pendokumentasian tokoh-tokoh lokalnya kemudian dibagikan melalui program KSP di Radiomu yang bisa merangkai puzzle sejarah Muhammadiyah,” terangnya.
Film dokumenter yang berdurasi 55 menit ini salah satunya dibantu oleh Ichsan. Ichsan mengungkapkan bahwasannya proses pembuatan film dokumenter ini sebenarnya masih banyak kekurangan, tapi usaha mendokumentasikan kisah dan nilai dari tokoh dan aktivis muhammadiyah menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Tanggapan ichsan tentang cerita perjalanan Pak Ismet dari film ini kita belajar nilai kaderisasi yang baik dan mapan. Selain itu yang paling penting adalah menjadikan Muhammadiyah sebagai jalan hidup dan beramal.
Sumber: Masyitoh Inayati