MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Warisan terbesar Kiai Ahmad Dahlan terhadap umat Islam adalah keberhasilannya dalam mengangkat marwah Islam melalui sifat yadul ulya khoirun min yadul sufla.Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Orang modern menyebut sifat tersebut sebagai voluntarisme (kerelawanan). Gerakannya disebut sebagai filantropi.
Siapa sangka, jati diri untuk memberi daripada menerima justru menghasilkan berbagai pusat keunggulan. Diantaranya dari bidang pendidikan, kesehatan, hingga pelayanan umat.
“Beliau sangat menekankan jiwa kedermawanan. Melakukan modernisasi manajemen zakat, infak dan sedekah untuk kegiatan-kegiatan membantu kaum dhuafa, orang yang terbelakang, berada dalam kemiskinan dan kebodohan,” kisah Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Thohari.
Di depan peserta Pra Rakernas Lazismu 2021, Rabu (2/12) Hajriyanto memuji kepeloporan Kiai Ahmad Dahlan dalam menerjemahkan inti ajaran Islam satu abad sebelum voluntarisme dan filantropi menjadi populer di kalangan umat Islam.
“Dahlan memobilisasi kedermawanan pada umatnya dan tidak banyak berpidato, karena beliau sedikit bicara banyak kerja. Memberi contoh perbuatan yang konkrit. Lisanul hal afshohu min lisanul maqal, perbuatan nyata lebih kuat daripada sekadar perkataan,” imbuhnya.
Kiai Dahlan dan Muhammadiyah Melintas Global
Melewati usia satu abad, jiwa voluntarisme dan filantropi Muhammadiyah tidak lagi cukup masuk di berbagai pelosok di Indonesia, tapi juga mulai menyebar ke luar negeri.
Berbagai macam aksi kemanusiaan Muhammadiyah sampai di Chawkbazar Bangladesh, Filipina, Myanmar, Nepal, Palestina hingga Lebanon.
Bagi Hajriyanto, kekuatan gerakan Muhammadiyah dan wataknya yang inklusif bahkan telah menyaingi gerakan puritanisme dan missionaris Kristen Amerika yang bergerak kuat dengan doktrin American Exceptionalismenya.
“Muhammadiyah bergerak di bidang kemanusiaan sehingga tidak memandang latar belakang agama. Pluralisme, toleransi, kemajemukan, sudah dilakukan oleh Muhammadiyah sejak awal sehingga terlalu dewasa jika Muhammadiyah diajari tentang toleransi. Justru mereka yang harus belajar pada Muhammadiyah,” tegasnya. (afn)