MUHAMMADIYAH.ID, SURAKARTA – Sebagai organisasi besar, Muhammadiyah memiliki karakter dakwah yang pakem. Karakter itu termaktub dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita, Kepribadian dan Khittah Perjuangan Muhammadiyah.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni menyebut karakter itu sebagai penjaga gerakan Muhammadiyah hingga tetap eksis pada usia yang ke-108 tahun sekarang.
“Ideologi, politik, strategi dan taktik adalah logika perjuangan setiap gerakan, termasuk Muhammadiyah. Cara pikir yang mendasar memaknai dunia ini seperti apa, worldview. Dengannya pergerakan ini berada,” jelas Syafiq dalam pengajian daring Ideologi Muhammadiyah, Selasa (29/12).
Karenanya, Syafiq menekankan bahwa Muhammadiyah tidak bisa digiring untuk melakukan dakwah yang tidak sesuai dengan pakem yang telah ditetapkan dalam tiga unsur di atas. Warga Persyarikatan, menurut Syafiq juga wajib untuk memahami tiga unsur tersebut agar tidak salah arah.
“Budaya organisasi ini bukan instan tiba-tiba muncul, tapi pelan-pelan dan pasti dimulai semangat Kiai Dahlan sampai saat ini. Masalahnya apakah budaya itu semakin kuat atau semakin luntur?,” tanya Syafiq.
“Perlu digarisbawahi bagaimana ketertiban organisasi ini menjadi perhatian yang sangat penting. Dan itulah yang kita lihat sampai sekarang bagaimana Muhammadiyah dipandang sebagai organisasi besar yang paling tertib organisasinya,” imbuh Syafiq.
Khittah Kepribadian Muhammadiyah ditetapkan pada masa kepemimpinan Kiai Yunus Anis (1959-1962) bermulai dari uraian Kiai Fakih Usman di Madrasah Muallimin.
Situasi politik yang tajam mendorong Muhammadiyah merumuskan sikap dan lajur perjuangan di bidang politik dan kebangsaan. Sikap inilah yang menurut Syafiq konsisten diamalkan oleh Muhammadiyah hingga sekarang.
“Muhammadiyah tidak terbiasa untuk melakukan kritik dalam bentuk unjuk rasa, show of force, demonstrasi dan lain-lain. Muhammadiyah harus lebih konseptual, lebih intelektual untuk menyikapi itu. Jadi semacam bagi-bagi tugaslah. Jangan semuanya harus didorong ke sana,” tegasnya. (afn)