MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Berbicara sejarah sebetulnya menjadi kontestasi untuk mengingat dan melupakan. Kita pernah memasuki fase di orde baru ketika penulisan itu sangat heroism atau patriotism karakternya. Yang dari karakter itu, akhirnya banyak menyajikan sejarah militer, perang, biografi tokoh militer. Namun menjadi pertanyaan bagaimana sejarah yang coba dituliskan Muhammadiyah.
Ghifari Yustriadi, S.S., M.A., Sejarawan Muhammadiyah mengatakan jika dilihat dari tradisi menulisnya banyak sekali tulisan di Muhammadiyah ini hanya sekedar Great Man nya saja. Contohnya seperti K.H. Ahmad Dahlan, dan Pimpinan-pimpinan Pusat Muhammadiyah setelahnya. Baik tulisan itu, dituliskan dari insider Muhammadiyah atau outsidernya.
Ghifari menyayangkan hal ini, karena pada dasarnya banyak sekali kisah perjuangan tokoh-tokoh lokal Muhammadiyah yang bisa dituliskan dan menjadi inspirasi sejarah.
“Penulisan sejarah lokal sudah dituliskan sejak tahun 1968. Ini urusan dokumentasi dan sejarah (dokrah). Jika dilihat, sepertinya waktu itu dikelola oleh MPI,” ujarnya, saat mengisi Seminar dan Penganugerahan Fachrodin Award 2020, Sabtu (19/12).
Menurutnya, semangat untuk menuliskan sejarah lokal perlu diteruskan. Seperti saat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggelar lomba kepenulisan tokol lokal Muhammadiyah, ini menjadi upaya untuk mengangkat sejarah-sejarah Muhammadiyah dari berbagai daerah.
“Saya kira ada ikhtiar yang menyala dalam mencoba untuk kemudian menghadirkan lagi sejarah lokal maupun tokoh-tokoh lokal. Dalam beberapa tahun belum dilanjutkan sehingga saya kira ini bisa dilanjutkan lagi,” kata Ghifari.
Hits: 2