MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Cinta baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam kepada umatnya amatlah besar. Akan tetapi, rasa sayang yang diberikan olehnya seringkali tidak dibalas oleh umatnya dengan bukti yang sahih melalui ketaatan.
Keadaan yang seperti itu, terkadang membuat Nabi mengeluhkan perilaku umatnya. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 30, Allah mencatat Nabi berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an itu sebagai sesuatu yang disia-siakan”.
Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal menerangkan bahwa ayat tersebut sebagai penjelasan bahwa keimanan yang benar tidak berhenti pada keyakinan bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah saja.
Membawakan tafsir Imam At-Thabari, Fathurrahman menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang telah mengatur semua peri kehidupan umat muslim harus menjadi pedoman hidup Islami di seluruh lini kehidupannya.
“Orang yang menjadikan Al-Qur’an sesuatu yang diabaikan, sesuatu yang ditinggalkan begitu saja, itu mereka yang hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai narasi semata di dalam hidupnya. Al-Qur’an tidak lebih dan kurang sebagai akesoris dalam perdebatan-perdebatan yang mereka lakukan, tetapi Al-Qur’an sama sekali tidak menjelma nyata dalam karya-karya peradaban,” jelasnya dalam Pengajian Majelis Tabligh Kamis pagi (4/2).
Hits: 13