MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Kerja-kerja kerelawanan bencana alam tidak berhenti kendati saat ini fokus kerja relawan sebagian besar tersita dalam penanganan bencana non-alam pandemi Covid-19.
Pada kondisi apapun, relawan tetap harus turun di garis depan sehingga pandemi memberi pendekatan baru kesiagaan secara berlapis (multi-hazard) untuk mencegah risiko.
Memberi contoh, Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) MDMC Budi Setiawan menyebut aksi relawan Muhammadiyah untuk bencana alam di daerah aman Covid (daerah hijau) telah mendapatkan penyesuaian multi hazard sejak bulan Maret 2020.
Pembatasan kontak fisik juga diminimalkan antara relawan dan penyintas sebagai bagian dari protokol kesehatan sehingga kontak pelayanan penyintas dilakukan oleh orang-orang dari penyintas sendiri.
“Covid memberi pelajaran pada kita. Sehingga kita melatih para penyintas dan pengungsi agar menjadi bagian dari relawan yang tangguh, kita memberikan pendampingan. Kita memberikan logistik, mereka yang mengelola,” ungkap Budi.
Dalam Dialog Lintas Jogja Pagi RRI PRO 1 Jogja, Sabtu (5/12) Budi Setiawan mengungkapkan bahwa semangat relawan Muhammadiyah tidak surut meski di sisi lain harus menghadapi pandemi.
“Ketika kita punya sistem multi-hazard, kita bisa menghadapi bencana non alam dan bencana alam,” syukurnya.
Hingga saat berita ini diturunkan, relawan MDMC masih berjibaku membantu penyintas banjir di Medan, Banyumas, Pacitan, dan penyintas gunung meletus di NTT dan Jawa Timur.