MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Siapapun tidak menduga, ancaman Covid-19 akan berlangsung lama. Awalnya kedatangan wabah ini seperti hujan yang lewat begitu saja. Dengan awetnya pandemi ini kita tidak bisa terus-menerus berteduh, harus tengok keluar. Bagaimana caranya agar kita tidak ‘kehujanan’. Caranya dengan menggunakan perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan.
Masjid menjadi salah satu yang kena dampak dari wabah ini. Meski demikian, kemakmuran masjid di setiap kondisi harus dipertahankan. Namun ada beberapa catatan yang harus diperhatikan ketika hendak memakmurkan masjid di tengah ancaman pandemi global.
“Keadaan masjid harus tanpa karpet, karpetnya bawa sendiri-sendiri, tanpa menyediakan sarung dan mukena. Karena ini akan menjadi sesuatu yang mudah menularkan Covid-19. Bukan hanya itu, kita harus semprotkan disinfektan pada tempat-tempat yang sering mendapat sentuhan dari jamaah,” kata Azman Latif dalam Pengajian Tarjih pada Rabu (3/2).
Sebelum memasuki masjid, ujar takmir Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta ini, pengurus masjid mesti membuat semacam tanda agar shaf salat menciptakan jarak antar jamaah. Hal tersebut berdasarkan fatwa tarjih yang membolehkan ‘shaf distancing’ saat prosesi salat berjamaah.
“Hal paling penting lainnya adalah menghitung kapasitas masjid. Karena kapasitasnya berbeda di hari normal dengan di masa pandemi ini. Kalau secara ilmu kesehatan minimal jarang antar orang itu satu meter,” terang Azman.
Karena itu, takmir harus jeli melihat kapasitas masjid. Jangan sampai melebihi kapasitas karena dikhawatirkan akan terjadi kerumunan jamaah yang membuat virus sangat rentan menular ke jamaah yang lain. Pengurus masjid harus menindak tegas bagi jamaah yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
“Setiap jamaah yang hendak jamaah juga harus memakai masker, jangan sampai di lepas,” terangnya.
Hits: 10