MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Sebagai salah satu ibadah paling tua, kurban dalam Islam memiliki sejarah yang panjang. Tidak sedikit kalangan yang menghubungkan sejarah kurban dengan peristiwa Ibrahim dan Ismail. Namun, sejatinya praktek berkurban ini telah hadir sejak zaman Habil dan Qabil, yakni anak dari Nabi Adam.
Agama-agama demonik yang terdiri dari bangsa Yunani kuno, Mesir Kuno, Kanaan, dan sebagian masyarakat yang mendiami pantai Laut Tengah, kurban dipraktekkan untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa.
Di samping kurban hewan dan hasil bercocok tanam, di kalangan penganut agama-agama demonik ini berkembang kurban berupa manusia.
“Praktek kurban pada zaman sebelum Nabi Ibrahim dapat dikatakan dominan sebagai persembahan kepada tuhan atau dewa-dewa yang tidak memiliki perhatian terhadap manusia,” ujar Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas dalam acara Seminar Nasional Fikih Kurban pada Sabtu (26/03).
Agama-agama demonik memandang bahwa dewa-dewa merupakan sosok yang tidak mengenal kaedah moral. Pemahaman ini kemudian direkonstruksi oleh Nabi Ibrahim. Oleh Bapak Para Nabi ini, dakwah dilaksanakan untuk mengubah agama demonik menjadi agama etis, yakni agama yang fokus ajarannya mengajarkan Tuhan yang baik kepada manusia.
“Dakwah Nabi Ibrahim berhasil membentuk Millah Ibrahim yang menjadi model beragama dalam Yahudi, Islam dan Kristen yang kemudian dikenal sebagai agama-agama Ibrahimi. Dalam agama-agama Ibrahimi, kurban diubah dari kurban manusia ke kurban hewan,” tutur Hamim.
Nabi Ibrahim sukses mengakhiri kurban manusia lalu digeser ke kurban binatang. Hal ini boleh jadi peristiwa besar dalam sejarah kemanusiaan. Pergantian kurban manusia menjadi kurban hewan yang dipraktikkan Nabi Ibrahim juga mengandung pesan agar manusia berhenti mengorbankan manusia sebagai subjek kurban.
Akan tetapi, lambat laun, kurban hewan di kalangan maasyarakat keturunan Ibrahim diliputi mitos. Bangsa Arab yang merupakan keturunan Ibrahim dari jalur Ismail menjadikan daging kurban sebagai sesajen. Mereka beranggapan bahwa daging dan darah kurban itu akan diterima Tuhan. Begitu pula di kalangan Yahudi, lembu dan kambing yang dibakar akan mengeluarkan bau yang disenangi Tuhan.