MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Gelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bersamaan, Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PP Muhammadiyah dan Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) PP ‘Aisyiyah angkat isu strategi pembangunan manusia dari pandemi ke endemi, dan anak yatim piatu dampak covid-19.
Ketua MPS PP Muhammadiyah, Sularno dalam sambutannya di acara pembukaan pada (10/10) memaparkan bahwa, saat ini MPS terus melakukan pendataan jumlah anak yatim piatu yang ditinggal oleh orang tuanya akibat covid-19.
Melalui pendataan yang telah dilakukan sampai Rakornas ini digelar, MPS berhasil memperoleh data sementara kurang lebih 1463 anak yatim piatu yang ditinggal mati oleh orang tuanya akibat terpapar covid-19.
Data jumlah anak yang berhasil dihimpun tersebut, kata Sularno, tidak boleh diberikan secara bebas tanpa melalui mekanisme yang jelas, termasuk kepada pemerintah. Sebab, data tersebut akan rawan menjadi bahan untuk diperjual-belikan.
“Karena kami punya pengalaman pahit terkait dengan data ini, karena data kemiskinan di Indonesia ini laku dijual. Mangkannya kita harus hati-hati menyampaikan itu,” ucapnya.
Terkait dengan keberadaan anak yatim di Indonesia, ia berharap supaya tidak hanya diberikan santunan tapi juga diberdayakan. Sularno menganalogikan, bahwa anak yatim piatu yang lemah tersebut harus diberi ‘pancing bukan hanya ikan’, supaya mereka bisa ‘menyantuni’ diri mereka secara mandiri.
Sularno menjelaskan, dalam memberdayakan mereka MPS bermitra dengan beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA) sebagai rujukan tempat belajar mereka dan siap memberi beasiswa bagi anak yatim piatu.
Sementara itu, terkait dengan implementasi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 1 yang menyebut bahwa “Fakir Miskin dan Anak-anak Terlantar Dipelihara oleh Negara,” Sularno berseloroh bahwa terma dipelihara harus diamandemen, sebab arti kata tersebut bisa bermakna lain.
“Ini yang harus diamandemen menjadi fakir-miskin dan anak yatim-piatu disantuni oleh negara. Dipelihara dan disantuni itu berbeda maknanya kalau ahli bahasa. Disantuni itu tidak sekadar diberikan ikannya tetapi diberikan pancingnya supaya fakir-miskin dan anak yatim-piatu itu bisa mandiri. Dan supaya bisa mengembangkan dirinya sendiri,” tambahnya.
Hits: 21