MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Komentari peran Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PP Muhammadiyah dalam menyantuni anak-anak dan keluarga korban covid-19, dr. Agus Taufiqurrahman menyebut, bahwa model penyantunan Muhammadiyah kepada kaum lemah tidak hanya datang, memberi, dan pergi melainkan terukur dan berkelanjutan.
Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi kesehatan ini menjelaskan, dakwah pemberdayaan Muhammadiyah itu terukur dan berkelanjutan yang dimulai dengan membebaskan orang dari problem yang dihadapi, beranjak ke pemberdayaan, dan memajukan mereka.
Terkait dengan model pembebasan, pemberdayaan, dan pemajuan umat dari ketertindasan, Muhammadiyah tidak memandang mereka sebagai objek perubahan, melainkan menempatkan mereka sebagai subjek perubahan.
Dalam sambutannya di acara Rapat Koordinasi Nasional MPS PP Muhammadiyah dan Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) PP ‘Aisyiyah yang digelar pada (10/10) dr Agus menyebut, bahwa kiprah pelayanan sosial Muhammadiyah telah mengukir hasil nyata bukan pencitraan, bahkan telah melahirkan generasi tangguh yang bermanfaat secara luas.
“Kita ingat dari anak-anak yang dulu dibina oleh tempat pembinaan kita, yang waktu itu namanya menjadi panti sosial, anak yatim-piatu dan berbagai macam panti. Itu ternyata betul-betul banyak yang menjadi orang berhasil. Ada yang menjadi anggota DPR RI, rektor, menjadi orang berpengaruh di tempat tertentu,” ungkapnya.
Dirinya mengajak kepada semua kader persyarikatan yang aktif dalam dakwah Muhammadiyah, dengan berbagai bidang garapnya untuk yakin bahwa yang dilakukan merupakan bagian dari kontribusi dari Muhammadiyah untuk umat dan bangsa.
dr. Agus berharap agenda keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal yang dilakukan oleh Muhammadiyah dikawal dengan serius oleh seluruh majelis, lembaga, termasuk organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah. Hal itu diharapkan supaya kiprah Muhammadiyah untuk semua bisa lebih massif dan maksimal dirasakan manfaatnya.
“Terima kasih kepada MKS dan MPS yang senantiasa mengawal dakwah melalui pelayanan sosial dan segala problemnya,” ucapnya.
Belajar dari sejarah, dr. Agus menyebut, bahwa eksistensi pelayanan sosial yang diberikan oleh Muhammadiyah bisa tetap ada sampai sekarang selain disebabkan oleh profesionalitas pengurus ataupun kader, juga disebabkan keikhlasan mereka untuk mengawal seluruh amal usaha bidang sosial ini.
“Karena yang menggetarkan Arsy dan yang menggetarkan turunnya pertolongan Allah adalah keikhlasan. Keikhlasan membebaskan, memberdayakan dan memajukan orang-orang yang perlu kita santuni ini,” ungkapnya.