MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Berkiprah di Muhammadiyah, ‘Aisyiyah, termasuk ortom yang lain seperti Nasyiatul Aisyiyah (NA) atas dasar kebenaran harusnya tanpa rasa takut kepada manusia, tidak takut kehilangan harta dan terhadap tantangan-tantangan yang lain.
Demikian menurut Rahmawati Husein, Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah di acara Pengajian Ramadan 1443 H yang diadakan Pimpinan Pusat (PP) NA secara hybrid pada (15/4).
Berkiprah tanpa rasa takut bagi perempuan di Muhammadiyah harus didasari pada perintah Allah SWT bahwa, menyebarkan kebaikan atau ma’ruf itu tidak memandang jenis kelamin. Sebab peran menyebarkan kebaikan bukan hanya tugas bagi kaum laki-laki saja, tapi juga tugas bagi kaum perempuan.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam QS. An Nahl ayat 97, yang menegaskan bahwa mengerjakan amal saleh itu landasannya adalah keimanan bukan jenis kelamin. Menurutnya, landasan teologis ini harus dipedomani oleh perempuan agar berani tampil berbuat baik dan merealisasikan amal saleh.
“Dan di At Taubah 71 juga disebutkan bahwa orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan itu mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.” Tuturnya.
Spirit Islam, ucap Rahma, menjadikan gerakan yang dilakukan itu mantap atau tidak memiliki keragu-raguan dalam bertindak. “Jadi kalau misalnya ada kegamangan atau keengganan dalam melakukan, itu mestinya tidak ada keengganan lagi,” tegasnya.
“Di dalam spirit Islam ini juga memunculkan dalam gerakan itu adalah keberanian, keberanian karena memenuhi seruan atau panggilan Tuhan. Tidak takut terhadap manusia, ataupun juga dalam hal ini tantangan yang ada dan tidak takut terhadap kehilangan harta – benda,” tegasnya.
Kiprah perempuan dalam menyebarkan kebaikan menurutnya merupakan buah dari amal saleh. Selain itu, kiprah perempuan Muhammadiyah tanpa rasa takut itu harus didasari atas perintah Allah bukan karena pujian, maupun keturunan.
“Gerakan ini dilakukan itu bukan karena orang tuanya, tetapi bagaimana spirit Islam itu mendasari gerakan. Ini bagian dari realisasi amal saleh,” tuturnya.
Secara kolektif, perempuan Muhammadiyah harusnya berani karena di dalam Al Qur’an disampaikan bahwa, berbuat ma’ruf merupakan perintah Tuhan. Menjalankan perintah tersebut bisa melalui banyak cara, salah satunya berjuang melalui Muhammadiyah.
“Kalau kita itu yakin bahwa perintah Tuhan itu menjadi ma’ruf, jadi bergerak di Muhammadiyah, di ‘Aisyiyah, di Nasyiatul Aisyiyah itu mestinya tidak ada yang takut,” imbuhnya.