SURAKARTA – Wayang kulit sebagai seni budaya asli Jawa telah ada sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa hingga akhirnya Islam datang dan menjadikannya sebagai media dakwah. Ada banyak pesan yang disampaikan dalam lakon pertunjukan wayang kulit. Karenanya melestarikan wajang kulit adalah sebuah kewajiban.
Wayang kulit juga bisa dijadikan media pendidikan moral sekaligus dapat memupuk rasa cinta pada bangsa Indonesia serta merawat identitas bangsa. Nilai inilah yang coba diwujudkan SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta melalui salah satu pelajarnya yang bernama Brama Kesawa mencoba unjuk gigi lewat pementasan Wayang Kulit secara virtual.
Wakil kepala Sekolah Bidang Humas SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Jatmiko membenarkan salah satu pelajarnya mengadakan pementasan wayang secara virtual di tengah situasi pandemi Covid-19 yang tentu saja menghindari adanya keramaian saat pementasan dilakukan secara virtual.
Kendati pementasan dilakukan secara online kata Jatmiko antusiasme cukup banyak, terbukti dari apresiasi warga net lewat kanal Youtube. Langkah tersebut, lanjut Jatmiko sangat efektif manjadikan wayang sebagai jembatan untuk mendongkrak literasi, khususnya warga pembelajar terutama kemampuan bercerita di era idustri 4.0 menuju era society 5.0.
“Dibeberapa segmen, Brama (Dalang Cilik) tak lupa juga menyisipkan pesan-pesan tentang perlindungan diri agar terhindar dari Covid-19. Termasuk pesan untuk peduli sesama di tengah wabah covid-19 yang masih hari ini melanda,” kata Jatmiko saat diminta keterangan pada Sabtu (19/12).
Saat pementasan Brama Kesewa (Pelajar SD Muhammadiyah 1 Ketelan) yang pentas bersama Sang Ayah Ki Cahyo Kuntadi Sukesi berhasil memerankan lakon ‘Anoman Duta’ yaitu mengisahkan kesetiaan sang prajurit kera kepada Raja, untuk membasmi angkara murka raja Rahwana. (Andi)
Hits: 44