MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA—Kepada kader-kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) setelah menempuh bangku pendidikan sampai strata 1 sampai 3, silahkan bekerja dan berkiprah kemana saja.
“Jadi politis boleh, tapi jadi politisi IPM yang maju, punya integritas. Jadi tentara ok, jadi polisi juga boleh. Apalagi kalau mau jadi presiden, wapres, dan mentri,” ungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat Haedar dalam acara Taruna Melati Utama (TMU) PP IPM pada (19/11).
Muhammadiyah tidak pernah membatasi orangnya untuk berprofesi, untuk mengembangkan karir, dan berkiprah dimana saja. Asalkan memegang kunci, akhlak, wawasan maju, dan memberi manfaat.
Kunci tersebut harus menjadi pembeda yang harus dimiliki oleh kader IPM, termasuk kader Muhammadiyah pada umumnya. Sehingga kader tidak boleh cupet, jadi tidak boleh pandangan cupet diwariskan kepada kader-kader setelahnya.
Pandangan sempit kader Muhammadiyah harus dihilangkan, karena dalam setiap profesi memiliki sisi gelap dan terang. Karenanya kader Muhammadiyah dituntut harus punya percaya diri untuk terjun dan berkiprah dimana saja.
“Dan bedanya politisi kader IPM dan kader Muhammadiyah akan berbeda denganyang lain, kan keren,” katanya.
Menurut Haedar, kiprah kader Muhammadiyah di luar persyarikatan tidak akan melunturkan muru’ahnya. Tapi semua harus dengan seksama dan membawa manfaat, hal ini sesuai dengan perintah KH. Ahmad Dahlan.
Serta sebagai kader IPM, harus senantiasa memupuk rasa persaudaraan. Perbedaan disetiap kader adalah keniscayaan, namun kader harus senang dan saling mendukung jika kader yang lain maju dan berkembang.
“Tidak boleh memupuk kecurigaan dan asumsi-asumsi stereotype, stigma. Senang saudara maju, maka kita juga akan ikut maju,” tuturnya.
Haedar berpesan, kedepan supaya kader Persyarikatan tidak boleh asal-asalan dan pas-pasan, karena zaman sekarang akan berbeda dengan yang akan datang. Sehingga peran kader dalam persyarikatan mampu mendinamisasi gerakan, gagasan, dan amalan.
Hits: 23