MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA—Menerjemahkan tema milad Muhammadiyah yang ke-108 “Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri” sesuai visi dan misi Majelis Tabligh (MT), Miftahul Haq, Wakil Sekretaris MT PP Muhammadiyah menyebut tiga konten utama dakwah Muhammadiyah yakni mencerahkan, menggerakkan, dan mengembirakan.
Miftah menyebut, mubaligh Muhammadiyah harus mengisinya dengan paham keagamaan seperti yang dianut oleh Muhammadiyah. Peneguhan semangat keagamaan dengan penguatan nilai-nilai kemuhammadiyahan merupakan benteng, ditengah arus deras paham keagamaan yang ada saat ini.
“Mubaligh Muhammadiyah tetap memegang teguh nilai-nilai paham keagamaan yang dimiliki oleh Muhammadiyah,” katanya saat dimintai keterangan oleh reporter muhammadiyah.id pada (20/11).
Selanjutnya untuk menghadapi pandemi dan masalah negeri, mubaligh Muhammadiyah harus hadir sebagai solusi. Maka, konten dakwah yang dibawakan harus memiliki nilai pencerahan, yang membuka semangat, memberikan pemahaman yang benar terhadap ajaran Islam, serta dikontekstualisasikan dengan nilai-nilai kehidupan.
Pemahaman terhadap konteks bagi mubaligh diharapkan mampu menjadi penerang bagi umat, bukan malah malah terbawa arus yang tidak jelas. Miftah menegaskan, Muhammadiyah telah memiliki konsep dakwah yang jelas, sehingga tidak perlu mubaligh masuk kedalam arus.
Kedua, melahirkan gerakan. Dakwah pencerahan yang berbentuk gagasan/ide harus melahirkan gerakan. Artinya harus ada ide-ide gerakan yang dimunculkan oleh mubaligh dan warga persyarikatan. Melalui kolaborasi dan sinergi, gerakan yang dibangun harus mampu mengkontekstualisasikan ide-ide besar supaya tetap membumi.
“Dalam konteks hadapi pandemi dan masalah negeri, para mubaligh ini harus mampu menlurkan ide-ide yang bersumber dari ajaran Islam yang dipaham Muhammadiyah. Kemudian itu digerakan menjadi sebuah program kegiatan,” imbuhnya.
Ketiga, menggembirakan. Miftah meminta mubaligh Muhammadiyah untuk senantiasa memberikan konten dakwah yang memacu semangat hidup, optimsime, dan keyakinan yang besar dengan penuh kegembiraan untuk menjalani kehidupan. Hal ini menjadi modal untuk menghadapi pandemi dan masalah negeri.
Melihat realitas dakwah sekarang yang banyak diisi dengan konten-konten yang cenderung keras, kasar, dan menebar kebencian. Miftah menyebut hal ini tidak benar, karena ajaran Islam harus disampaikan dengan santun, baik, dan berorientasi untuk rahmatan lil alamin. Maka, mubaligh Muhammadiyah secara tegas dilarang masuk kedalam arus tersebut.
Menurtnya, eksistensi Muhammadiyah dalam konteks dakwah selama 108 tahun dikarenakan memiliki tradisi atau karakter kuat dalam kegiatan dakwah, dan karakter dakwah Muhammadiyah adalah tegas. Yakni dakwah yang ditujukan untuk islah/kebaikan kepada umat maupun masyarakat.
“Dakwahnya itu islah, dan kemudian tidak menebar ketakutan, permusuhan, dan sebagainya. Dan Muhammadiyah prinsipnya adalah organisasi yang membuka diri untuk kerjasama dengan siapapun, tentu tetap dengan berpegang teguh dengan ajaran islam,” tuturnya.
Sehingga mubaligh Muhammadiyah tidak boleh berpikiran sempit, harus terbuka, dan mampu melakukan dialog dengan berbagai macam pemikiran. Dengan berpegang teguh pada nilai Islam, diharapkan ketika berdialog tidak gagap dan reaktif dengan berbagai macam persoalan kehidupan.
Hits: 154