MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG— Dokter Corona Rintawan menggunakan ilustrasi Swiss Cheese Model sebagai upaya mengakhiri pandemi COVID-19. Pendekatan mitigasi risiko dengan model ini menekankan perlindungan berlapis-lapis. Dalam hal ini, kehadiran vaksin Corona bukan menjadi satu-satunya kunci mengakhiri pandemi, melainkan didukung sejumlah upaya lain.
Jika hanya mengupayakan satu aspek saja, akan menghasilkan pengendalian dan penanganan COVID-19 yang kurang efektif. Oleh karena itu, perlu kerjasama seluruh masyarakat untuk bersungguh-sungguh mengendalikan COVID-19. Artinya, bila Muhammadiyah menyatakan siap totalitas melawan virus namun tidak diikuti sebagian aktivitasnya, maka virus akan tetap bersemayam di sekitar kita.
“Masing-masing dari keju swiss ada lubangnya dan kita anggap itu sebagai kekurangannya. Setiap lubang harus dilapisi keju lain. Artinya, peran kita sebagai individu tidak bisa diremehkan. Muhammadiyah tidak bisa mengatakan siap menghadapi pandemi jika seluruh aktivisnya tidak siap,” ujar dr. Corona Rintawan dalam kajian Gerakan Subuh Mengaji yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat pada Jumat (11/02).
Dengan Swiss Chees Model ini, tanggung jawab terbagi dua yakni sebagai individu maupun sebagai kelompok. Sebagai individu, tanggung jawabnya menjaga jarak, tidak memegang wajah sembarangan, cuci tangan, etika batuk, dan lain-lain. Sementara sebagai kelompok masyarakat, tanggung jawabnya menjauhi keramaian, memasang ventilasi udara yang baik, karantina, vaksin, dan lain sebagainya.
Maka kesimpulannya langkah vaksinasi di tingkat nasional harus tetap diikuti dengan kedisiplinan dalam menjalankan protokol kesehatan di setiap kegiatan. Sebab vaksinasi akan berjalan dengan efektif apabila protokol kesehatan dilakukan disiplin.
Hits: 6