MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA—Menjadi Narasumber pada Pelepasan KKN Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, M. Nurul Yamien sebut kerja-kerja pemberdayaan masyarakat membutuhkan peran akademisi kampus.
Dalam paparannya, Yamien menerangkan tentang Muhammadiyah dan Pemberdayaan Masyarakat. Ia menyebut memberdayakan masyarakat dengan melibatkan akademisi diharapkan memiliki atau memberikan daya ungkit dan angkat terhadap keberdayaan. Mahasiswa peserta KKN termasuk Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) merupakan aktor perubahan.
“Dalam pemberdayaan masyarakat inilah aktor-aktor penggerak untuk kemudian mengungkit dan mengangkat segala potensi yang ada di masyarakat,” ucapnya di acara yang digelar secara hibrid tersebut pada (22/7).
Masyarakat Indonesia, kata Yamien, memiliki kerentanan yang tinggi karena melibatkan antar etnis yang berbeda. Dalam tata kelas ekonomi Indonesia misalnya, dapat dilihat bahwa 10 orang terkaya merupakan mereka dari kelompok etnis tertentu yang jumlahnya minoritas di Indonesia, sedangkan kelompok etnis mayoritas di Indonesia hanya segelintir yang menjadi orang terkaya di Indonesia.
“Berbeda dengan Negara lain yang memiliki kesenjangan seperti Indonesia, akan tetapi tidak dihadapkan kepada kesenjangan yang sifatnya antar etnis yang berbeda”. Imbuhnya.
Tata kelas ekonomi tersebut menurut Yamien seperti bara yang tersimpan, sebab apabila terpantik sedikit saja maka akan mudah sekali menyala, terbakar dan berkobar. Pada 2019 Yamien menemukan bahwa, gini ratio di Indonesia sebanyak 0,384. Angka tersebut menunjukkan bahwa kesenjangan di Indonesia masih amat curam.
Menurutnya, dalam mendangkalkan kesenjangan yang terjadi di Indonesia Muhammadiyah berada pada posisi yang strategis karena jumlah dan sebaran Perguruan Tinggi Muhammadiyah – Aisyiyah (PTMA) di seluruh Indonesia. Kesenjangan yang terjadi antara pedesaan dan perkotaan di Indonesia merupakan salah satu yang bisa didangkalkan oleh PTMA.
Namun demikian jika dipetakan, PTMA yang di perkotaan seperti UMJ tentu memiliki tugas yang lebih berat karena kesenjangan di perkotaan lebih curam ketimbang di pedesaan. Akan tetapi bukan berarti PTMA yang terletak di daerah tidak memiliki tugas tersebut, sebab di pedesaan juga memiliki kesenjangan meski tidak securam yang ada di perkotaan.
“Ini menunjukkan sebuah potret bahwa secara sosial ekonomi, persoalan kesenjangan yang menyangkut kesejahteraan masyarakat yang menyangkut pendapatan masih berada pada angka yang mencolok”. Tutur Yamien.