MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Moderasi adalah salah satu inti ajaran Islam yang ditegaskan lewat konsep “ummatan wasathan” di dalam Surat Al-Baqarah 143. Karenanya moderasi bukanlah sebuah agenda asing yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Da’i muda yang akrab dengan Muhammadiyah, Habib Husein Ja’far Al-Hadar menjelaskan bahwa di dalam moderasi itu yang disasar adalah amaliyah umat, dan bukan ajaran agamanya. Sebagaimana pada ayat tersebut, potensi wasathiyah ditekankan pada ummatan (umat) dan bukan kepada diinan (agama Islam).
“Nah ini yang kemudian didorong oleh Islam bahwa moderatisme adalah kerja yang harus dilakukan oleh seluruh umat Islam,” ujarnya.
Dalam Sarasehan Pra-Muktamar UMM, Sabtu (3/9), Husein juga menjelaskan bahwa isu moderasi kembali banyak dimunculkan oleh berbagai ulama dan organisasi Islam karena adanya kecenderungan umat yang mulai bergeser ke arah radikalisme maupun liberalisme.
“Termasuk riset Ma’arif Institute, umat islam itu seringkali berjarak dari agama Islam. Apa yang disebut Abduh sebagai “saya melihat muslim di Mesir tapi saya tidak melihat Islam di sana, dan saya melihat Islam di Perancis meskipun tidak ada muslim di sana,”” ujarnya.
“Karena itu index kota Islami menurut Ma’arif Institute, kota yang paling islami di Indonesia adalah Denpasar karena memang meski di sana mayoritas Hindu, parkir sepeda motor kunci ga ditarik itu ga hilang di Denpasar, tapi kalau di Aceh, misalnya sandal di masjid bisa hilang,” imbuh Husein memberi contoh dari maksud guru Kiai Ahmad Dahlan, yakni Muhammad Abduh di atas.
Moderasi sendiri menurutnya adalah sebuah sikap yang dijabarkan dari makna ‘umat tengahan’ atau ‘ummatan wasathan’, yakni umat yang memegang teguh agama Islam sembari tetap berkarakter objektif, tidak bias, dan adil. Termasuk dalam amaliah dan muamalah dengan yang berbeda keyakinan. Bagi Muhammadiyah sendiri, Husein menilai pembicaraan terkait moderasi ini tidak relevan. Pasalnya, menurut Husein hampir semua lini di Muhammadiyah telah mengamalkan sikap moderat.
“Sebenarnya bicara moderatisme di Muhammadiyah itu relatif tidak relevan karena moderatisme itu sudah berjalan relatif sangat baik di Muhammadiyah,” ucapnya.
“Contohnya saya diterima di tengah-tengah komunitas Muhammadiyah dengan sangat baik, kemudian saya pernah satu tahun menjadi redaktur majalah Mata Hati-nya Lazismu,” kesan Husein. (afn)
Hits: 181