MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Meski dalam prakteknya manusia modern tidak menyembah batu dan benda-benda mati, tetapi kehidupan mereka mengarah pada arah jahiliyah baru.
Fenomena itu menurut Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal dapat dilihat dari cara pandang masyarakat modern yang serba dikotomis dan memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Merujuk pada Alquran, kata jahiliyah menurut Fathurrahman disinggung dalam tiga konteks. Pertama jahiliyah dalam konteks kerusakan epistemologi seperti disebut Ali Imran ayat 154. Dalam tafsir, ayat ini menyinggung kaum munafik yang ragu-ragu tentang kebenaran janji dan keberadaan Allah.
Konteks kedua Jahiliyah menurut Fathurrahman dalam pengajian online Majelis Telkomsel Taqwa, Kamis (27/5) adalah berperilaku dengan sifat sebagaimana orang yang tidak mengenal Allah. Alquran menyebutnya melalui istilah ‘tabaruj jahiliyah’ dalam Surat Al-Azhab ayat 33.
“Sebuah perilaku sosial yang sangat bodoh, bagaimana pada saat itu masyarakat (Arab Jahiliyah) membangun sistem masyarakat yang sangat rusak. Tapi sekarang pun kita juga menghadapi ketimpangan dalam struktur kemasyarakatan kita,” jelas Fathurrahman.
“Banyak masyarakat kita yang jauh dari nilai-nilai ilahiyah tapi merasa menjadi orang-orang modern yang penuh dengan kemajuan. Ini yang disebut sebagai tabaruj jahiliyah dalam perilaku budaya dan perilaku sosial,” imbuhnya.
Jahiliyah ketiga menurut Fathurrahman adalah dalam sistem hukum yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan ilahiyah. Alquran menyebutnya melalui Al-Maidah ayat 50.
Saat ini menurut Fathurrahman hukum banyak berlaku tidak adil berdasarkan kepemilikan harta dan jabatan. “Pada masa kita sekarang ini, bahkan ada ulama kita yang menulis Jahiliyatul Qarni Isyrin (Jahiliyah Abad 20) karena ada berbagai ketimpangan yang dihadapi oleh kita sebagai umat manusia,” jelasnya
Hits: 194