MUHAMMADIYAH.ID, BANGKA BELITUNG – Esensi ber-Muhammadiyah adalah berjamaah. Lebih-lebih mengingat bahwa tujuan dibentuknya Muhammadiyah adalah melaksanakan ayat 104 Surat Ali Imran yang tidak bisa dilakukan sendirian.
Ayat 104 Surat Ali Imran sendiri menyebut bahwa di antara umat muslim sejatinya ada segolongan kelompok yang melakukan tiga hal: mengajak pada kebaikan, menyuruh pada yang makruf dan mencegah dari yang munkar.
“Orang Muhammadiyah harus memaknai ayat ini secara lengkap. Dakwah itu tiga dimensi tadi. Yad’una ilal khair, ya’muruna bil makruf, wa yanhauna anil munkar,” pesan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam forum Upgrading PWM Bangka Belitung, Sabtu (25/9).
Ayat 104 Surat Ali Imran menurut Haedar juga menegaskan bahwa anggota Muhammadiyah adalah umat terpilih dan bukan sembarang orang. Karenanya, dalam berdakwah pun anggota Muhammadiyah harus membawa tiga dimensi di atas secara holistik.
“Sering karena salah persepsi, kalau menyebut amar makruf itu yang dikedepankan itu nahi munkar. Nggak. Harus tiga dimensi tadi. Yad’una ilal khair itu mengajak orang pada Islam itu harus sedemikian rupa,” pesan Haedar.
“Ada orang bilang nahyu munkar itu lebih susah daripada amar makruf. Siapa bilang? Nahi munkar itu maupun amar makruf maupun yad’una ilal khair bisa mudah bisa susah. Ada yang susah, ada yang mudah. Coba saja bangun sekolah. Bikin klinik kan,” tantang Haedar sembari mengingat sulit dan panjangnya jalan yang ditempuh untuk mendirikan satu unit sekolah atau rumah sakit saja.
“Kalau orang teriak-teriak, ngritik sana-sini itu gampang, insyallah modalnya berani saja. Apalagi sekarang ini keberanian berbicara leluasa karena demokrasi. Nggak ada yang susah sebenarnya. Soal cara saja. Tapi coba bikin sekolah? Ga gampang. Bikin rumah sakit ga gampang. Apalagi harus keluar dari diri sendiri. Jadi sama, dakwah itu ada yang berat, ada yang susah tergantung dari objeknya,” imbuhnya.
Atas hal ini, Haedar meminta agar setiap warga Persyarikatan menghayati 104 Surat Ali Imran secara mendalam. Sebab, jika tiga unsur dakwah itu dipenuhi, maka konsekuensinya adalah digolongkan sebagai manusia yang beruntung, yaitu manusia yang dijanjikan surga.
“Jangan instan, pingin masuk surga, tidak masuk neraka, ingin selamat di dunia dan akhirat, ingin segala hal yang diidealkan tapi tidak yad’una ilal khair, ya’muruna bil ma’ruf, yanhauna anil munkar. Itu namanya ingin masuk surga dengan gratis,” tegas Haedar.