MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Kaderisasi atau pengkaderan tidak akan berjalan tanpa adanya metodologi. Menurut Lektor Kepala Prodi Psikologi UAD Yogya, Khoiruddin Bashori, kaderisasi perlu ditopang oleh sistem tarbiyah yang tepat.Dalam Seminar Pra Muktamar bertajuk Perkaderan di Sekolah Menengah Muhammadiyah, Kamis (10/11), Khoiruddin lantas mengutip urutan tarbiyah yang tepat menurut ahli ilmu asal Suriah, Abdullah Nasih Ulwan.
Tahapan itu antara lain at tarbiyah bil qudwah (keteladanan), at tarbiyah bil adah (pembiasaan), at tarbiyah bil mulahazhoh (pengawasan-kontrol), dan at-tarbiyah bil uqubah (hukuman).
Uniknya, hukuman di sini diletakkan pada posisi paling akhir.“Hukuman diletakkan di nomor lima. Sedangkan yang sering terjadi di pesantren dan sekolah-sekolah kita, itu diletakkan nomor satu, ada model skors, yang diperhatikan yang salah, yang benar didiamkan. Itu pendekatan negatif dalam pendidikan,” kritik Khoiruddin.
Dirinya lantas menjelaskan bahwa nilai (value) adalah basis bagi usaha mengubah perilaku. Pasalnya, nilai secara beruntun melahirkan keyakinan (belief), sikap tertentu (attitude), dan perilaku (behaviour).
Hal-hal inilah yang menurutnya perlu diperhatikan dalam proses pengkaderan.Khoiruddin juga mengutip Surat Al-Baqarah ayat 129. Kandungan ayat tersebut kata dia memberi petunjuk tentang unsur-unsur kaderisasi yang baik, yakni tilawah, talim, kitabah, hikmah, dan tazkiyah. Tujuan dari unsur-unsur ini adalah membentuk pribadi yang aziz (perkasa) sekaligus hakim (bijaksana).
“Kalau itu ditradisikan, bisa menjadi pribadi yang kuat dan bijak. Terus terang banyak orang kuat tapi tidak bijak karena kekuatannya hegemoni, membuat orang tertekan. Atau sebaliknya, banyak orang bijak tapi tidak powerful sehingga do nothing dan tidak bisa berbuat apa-apa,” pungkasnya.