MUHAMMADIYAH.OR.ID, TAIWAN— Ramadan 1442 H kali ini terasa berbeda bagi masyarakat muslim dan mahasiswa muslim di Distrik Wufeng, Taichung atau lebih tepatnya di kawasan Kampus Asia University, Taiwan. Pasalnya Ramadan tahun ini, mereka bisa melaksanakan salat tarawaih pertama kali di dalam kampus.
Menurut penuturan Sekretaris Pimpinan Cabang Istimewah Muhammadiyah (PCIM) Taiwan, Sobar M Johari, dirinya bersama komunitas mahasiswa muslim dari Asia University berhasil melobi kebijakan kampus untuk menyediakan tempat ibadah khusus bagi umat muslim di sana.
Peruntukan tempat ibadah tersebut bukan hanya bagi mahasiswa muslim yang menempuh studi di kampus tersebut, tapi juga masyarakat muslim luar kampus. Bahkan, selain digunakan untuk melaksanakan salat 5 waktu dan salat tarawih, mushola ini juga digunakan untuk menggelar buka puasa bersama pada Ramadan 1442 H ini.
“Setiap hari mengadakan buka puasa bersama dengan muslim dari India, Pakistan, Ghana. Selain itu juga ada tarawih tiap malam, salat subuh berjamaah juga,” kata Sobar melalui sambungan telpon dengan reporter muhammadiyah.or.id pada (16/4).
Sobar menjelaskan, kegiatan berkumpul di Taiwan saat ini tidak larang karena Taiwan sudah dinyatakan bebas dari pandemic covid-19. Sobar menyebut, memang sempat ada beberapa kasus paparan covid-19 di Taiwan, namun Pemerintah Taiwan dengan sigap dan dibantu kecangihan teknologinya mampu menyelesaikan kasus tersebut.
Namun demikian, ketika hendak masuk ke kampus tetap melewati proses skrining, tapi kegiatan belajar mengajar telah berjalan normal.
Pada salat tarawih pertama Ramadan tahun ini, Sobar bertindak sebagai imam dan khotib. Ia menuturkan, hal itu dimaksudkan untuk menandai dibolehkannya ibadah salat tarawih di kampus Asia University dan pembelajaran bagi muslim dari negara lain. Selanjutnya, jadwal digilir disesuaikan dengan kecocokan waktu masing-masing.
Sebelumnya, kata Sobar, ruangan yang saat ini mereka tempati untuk ibadah merupakan tempat ibadah bersama semua agama dan digunakan juga untuk kegiatan mahasiswa selain beribadah. Namun setelah melakukan lobi, dan didukung dengan jumlah muslim di sana yang semakin banyak, akhirnya pihak kampus memberikan izin bahwa tempat tersebut khusus untuk beribadah umat muslim.
“Karena kita publikasikan di sini ada mushola akhirnya ada orang-orang luar, misalnya dari Turki dan lainnya yang bukan mahasiswa akhirnya ikut aktivitas juga di sini. Termasuk kalau jumatan juga ada BMI (buruh migran Indonesia) yang ikut jumatan,” tandas Sobar.