MUHAMMADIYAH.OR.ID, BALI – Mengingat besarnya potensi ekonomi di kalangan warga Persyarikatan yang belum sepenuhnya terkelola, Muhammadiyah menetapkan ekonomi sebagai pilar ketiga gerakannya pasca Muktamar Muhammadiyah ke-47 Makassar tahun 2015.
Berbagai terobosan pun dilakukan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah untuk mewujudkan putaran ekonomi siklikal tertutup (closed-loop economy) dari hulu ke hilir. Sederhananya dari Muhammadiyah untuk Muhammadiyah.
Jaringan Wisata Muhammadiyah
Salah satu ikhtiar MEK itu kemudian dilakukan dengan membentuk Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) dan Jaringan Wisata Muhammadiyah (JWM).
Khusus di bidang pariwisata, JWM mulai menata langkah untuk memaksimalkan potensi ekonomi tersebut lewat penyediaan jasa pariwisata yang terintegrasi dalam jaringan informasi bernama www.wisatamu.id.
Melalui sambungan telepon pada Selasa (17/5), Wakil Ketua JWM, Ismoyo Soemarlan menuturkan bahwa JWM berupaya memaksimalkan jaringan jasa agen wisata, aset, dan destinasi wisata yang dimiliki Muhammadiyah atau dimiliki oleh warga Muhammadiyah agar menjadi prioritas utama warga Persyarikatan saat berwisata.
“Kita kalau bisa menggarap sisi internal Muhammadiyah, maka sangat bagus dan sangat prospektif. Contohnya di Muhammadiyah ada 168 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah, 350 Rumah Sakit dan Klinik, lalu sekolah dari TK/Paud sampai SMA (di seluruh Indonesia) ada berapa puluh ribu? Kalau itu saja dikelola oleh kita oleh JSM atau JWM, kami kira kita akan sangat bagus,” ungkapnya.
Wisata Halal dan Membangkitkan UMKM Muhammadiyah
Optimalisasi modal internal di atas kata Ismoyo dapat membangkitkan ekonomi Muhammadiyah secara nasional. Dia membayangkan betapa besarnya potensi ekonomi yang tergarap jika JSM dan JWM menjadi kesadaran masal warga Persyarikatan.
Untuk satu bidang saja, potensi ekonomi itu terlampau besar. Misalnya pada bidang karya wisata, sekolah-sekolah Muhammadiyah dari TK-SMA diharapkan mulai menggunakan jasa dan destinasi wisata yang terintregasi dengan JWM.
Keuntungan lain menggunakan JWM, menurut Ismoyo juga menjamin para penggunanya untuk menikmati wisata halal sembari menghidupkan roda ekonomi warga Persyarikatan di sektor mikro.
Sebagai contoh, pengguna jasa travel yang dikelola warga Muhammadiyah dipastikan memberi pelayanan dari makanan halal, jadwal dan tempat ibadah, hingga kenyamanan untuk tetap berwisata secara syar’I tanpa kehilangan kepuasan menikmati suatu objek wisata.
Misalnya jika ke Bali, para pelancong akan tetap bisa menikmati wisata pantai alternatif yang tetap indah namun aman dari pemandangan yang kurang layak seperti bikini dan perempuan yang terbuka auratnya.
Di samping itu, kesadaran memilih agen jasa dan destinasi wisata Muhammadiyah dinilai bisa membangkitkan perputaran ekonomi dalam konsep closed-loop.
“Sinergi yang sudah bagus kita tingkatkan karena perputaran ekonominya juga ada di kita. Contoh bukan hanya dari agen yang dipunyai kader, tapi ketika kita makan, buat nasi kotak dan lain-lain itu bisa diarahkan ke ibu-ibu ‘Aisyiyah. Kalau untuk oleh-oleh kita tidak sempat ke tokonya, juga bisa dipesankan untuk membuat oleh-oleh itu,” ujar Ismoyo.
Perlu Partisipasi Warga Muhammadiyah
Karenanya, dia berharap seluruh warga Muhammadiyah yang memiliki toko oleh-oleh, tempat wisata, penginapan dan jasa travel untuk bergabung dan aktif di dalam wadah JWM.
“Itu yang kita sampaikan ke para anggota Persyarikatan. Tapi mereka tidak boleh duduk manis, harus aktif ikut promosi juga,” pesannya.
Menurut Ismoyo, keterkelolaan potensi wisata Muhammadiyah di seluruh Indonesia telah mencapai angka 50 persen. Daerah-daerah yang paling intens dalam program JSM dan JWM antara lain adalah Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi.
Namun, dirinya berharap keterlibatan lebih dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah agar destinasi dan potensi wisata di setiap daerah dapat tergarap dengan baik.
“Karena semua Perguruan Tinggi Muhammadiyah kan ada di semua provinsi, tinggal kita kerjasamakan saja,” harapnya.
Menatap Pariwisata Halal Internasional
Apalagi aset Muhammadiyah di berbagai daerah kata dia cukup potensial. Di Labuan Bajo misalnya, Muhammadiyah memiliki 60 hektare lahan kosong yang bisa dioptimalkan sebagai sekolah pariwisata hingga agro wisata untuk menyuplai kebutuhan pariwisata di Labuan Bajo.
Di samping menggarap aset pariwisata Muhammadiyah di pasar dalam negeri, JWM saat ini menurutnya juga telah menggarap jasa travel umrah. Ke depan, JWM mulai menatap peluang untuk ekspansi jasa travel wisata ke Eropa.
“Jadi misalkan nanti ada yang cari (wisata ke Eropa) tapi halal tourism ya adanya di kita,” ujarnya.
Reporter & Penulis: Afandi
Editor: Fauzan AS