MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Islam Kaffah bukanlah sebuah Ideologi Islam atau islamisme, melainkan konsep Islam yang mengatur tentang keseimbangan material dan spiritual, yang menjadikan umat tengahan (ummatan wasathan) .
Doktrin Islam Kaffah didasarkan pada Q.S. al-Baqarah, 2: 208. Menurut ‘Ikrimah, seorang tabi’in, ayat ini turun dengan dilatarbelakangi oleh permintaan orang-orang Yahudi di zaman Nabi yang telah memeluk Islam, yakni Abdullah bin Salam dan kawan-kawan, untuk mengadakan sinkretisme agama.
Menurut Hamim Ilyas, ayat tersebut memiliki munasabah (pertautan) langsung dengan ayat 204 sampai 207 dalam surat yang sama, yang membicarakan dua orientasi peradaban yang berkembang ketika al-Qur’an turun.
Mengutip Ibn Katsir, menurut Hamim Ilyas, riwayat asbabun nuzul seperti keterangan Ikrimah tersebut tidak shahih tentang konteks ayat tersebut. Maka asumsi bahwa isu sentral ayat 208 itu berhubungan dengan isi ayat-ayat yang mendahuluinya, sehingga konteks ayat tersebut bisa ditemukan dari ayat-ayat sebelumnya itu.
Pertama, peradaban materialisme. Peradaban ini dikemukakan dalam ayat 204-206 dan para pendukungnya digambarkan memiliki kecakapan retorika yang mengagumkan, melakukan perusakan lingkungan alam dan keturunan, dan tidak peduli pada agama.
“Kedua, peradaban spiritualisme. Peradaban ini disinggung dalam ayat 207 dan para pendukungnya yang hanya berorientasi pada spiritualitas diberi komentar sangat dikasihani Tuhan,” urai Anggota Majelis Tarjih PP Muhammadiyah ini pada (25/1) dalam Webinar yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Cirebon.
Berdasarkan munasabah tersebut, maka berarti bahwa al-Baqarah, 2: 208 melarang umat Islam mengikuti kedua orientasi peradaban itu dan memerintahkan mereka untuk mengembangkan orientasi peradaban yang ketiga, yakni peradaban spiritual-materiil yang imbang.
Islam Kaffah Turunannya adalah Perdamaian
Menurutnya, masyarakat yang mengembangkan orientasi spiritual dan materiil secara sekaligus, berarti menghilangkan pertikaian orientasi peradaban di antara warganya. Dengan begitu maka mereka telah berdamai secara peradaban.
”Jadi doktrin Islam Kaffah sebenarnya memiliki makna peradaban ini, bukan makna formalitas dan ideologi Islam sebagaimana yang sering dinyatakan oleh beberapa kalangan,” imbuhnya
Ummatan wasathan atau umat moderat adalah kelompok yang posisinya berada di tengah, agar dilihat oleh semua pihak dari setiap penjuru. Keberadaan mereka di tengah menyebabkan mereka tidak hanyut dalam materialisme dan tidak membubung tinggi ke alam rohani, sehingga tidak lagi berpijak di bumi.
Posisi tengah menjadikan mereka mampu memadukan aspek rohani dan jasmani, materiil dan spiritual, dalam segala sikap dan aktivitas. Ia juga menyebut, pengetahuan tentang Islam Kaffah seperti itu yang membuat Islam berada pada puncak kejayaan, seperti di Baghdad dan Alexandria.
Hits: 554