MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Di antara cara Allah memberikan petunjuk kehidupan adalah dengan metode kisah. Hampir sepertiga dari Al Quran berisi kisah orang-orang terdahulu. Salah satu kisah yang termuat dalam Al Quran adalah kisah Ibrahim dan Ismail, terutama termaktub dalam QS. Ash-Shaffat ayat 100-110.
Dalam QS. Ash-Shaffāt ayat 100 diawali dengan permohonan Nabi Ibrahim as kepada Allah Swt agar dikaruniai anak yang saleh: “(ketika Ibrahim berdoa) “Ya Tuhanku anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.”
“Dalam ayat ini mengapa Nabi Ibrahim memohon anak yang saleh? Allah Swt melalui Nabi Ibrahim hendak mengajarkan pada kita mana yang termasuk dunia dan mana yang termasuk rezeki,” ujar Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Nur Kholis dalam khutbah Idul Adha di Universitas Ahmad Dahlan kampus 4 pada Sabtu (09/07).
Anak yang tampan rupawan, pintar, cerdas, dan berbagai aksiden-aksiden lainnya tiada lain adalah persoalan dunia. Sedangkan anak saleh adalah rezeki bahkan sebaik-baik rezeki dari Allah untuk para orang tua. Sebab kelak akan menjadi penolong orang tua di akhirat.
Sementara itu, dalam QS. Ash-Shaffat ayat 102, yang di dalamnya diceritakan Ibrahim diberi rezeki berupa anak saleh. Saat anaknya berusia dewasa, loyalitas Ibrahim diuji Allah Swt dengan memerintahkannya untuk menyembelih Ismail, sang putra kesayangan. Jalan hidup yang diajarkan oleh Allah Swt melalui kisah Ibrahim ini adalah pasrah, tunduk, dan patuh dalam memenuhi segala perintah-Nya.
“Dalam ayat tersebut Allah Swt hendak mengajarkan pada kita bahwa dunia itu adalah ujian yang di dalamnya memiliki empat karakter; adanya rasa sakit, perpisahan, kesedihan, dan kesulitan. Maka, sebahagia-bahagianya di dunia tidak akan pernah kita mendapatkan puncak kebahagiaan dunia, karena kita masih di dunia. Tempatnya ujian,” ujar Nur Kholis.
Hits: 15