MUHAMMADIYAH.OR.ID YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengaku menjadikan KH Azhar Basyri sebagai uswah dalam mempelajari filsafat Islam.
Haedar mengenal KH Azhar Basyir sejak di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan bahkan sewaktu masih mahasiswa, Haedar mengaku suka mencuri-curi waktu untuk mengikuti perkuliahan mata kuliah filsafat beliau di UGM.
“Saya dulu rutin setiap sore menjadi mahasiswa illegal KH Azhar Basyir dengan teman saya untuk mengikuti kuliah-kuliah filsafat Islam beliau di UGM,” kenang Haedar saat memberikan keynote speech dalam acara bedah buku Fikih dan Pranata Sosial di Indonesia Refleksi Pemikiran Ulama Cendekia yang digagas oleh UII pada Sabtu (30/1).
Haedar mengaku banyak belajar dan menyerap pemikiran KH Azhar Basyir terkait dengan filsafat agama.
“Saya belajar mengenal tentang teori emanasi dan lain sebagainya dari pemikiran beliau sebagai fuqoha yang mendalami filsafat. Beliau juga mencoba melintasi atau mempraktekkan interkoneksi ilmu yang belakangan ini digagas oleh Profesor Amin Abdullah yang meneruskan warisan pemikiran beliau,” ujar Haedar.
Haedar mengatakan ulama besar di era kejayaan Islam memiliki pemikiran yang tidak bertumpu pada satu disiplin. Berbagai referensi menjadi sangat penting karena kedalaman dan keluasan perspektif akan memberi corak pada sebuah pemikiran.
Di dalam membaca realitas kehidupan yang bersifat muamalah duniawiyah disaat kehidupan begitu kompleks saat ini, dan satu aspek dengan aspek lain selalu berhubungan maka memang diperlukan pemikiran-pemikiran yang mendalam dan meluas.
“Islam sekarang ini kan banyak diwarnai oleh pemikiran-pemikiran fiqih yang minus usul fiqih, apalagi sampai ke filsafat, maka tidak heran kemudian yang keluar itu pernyataan-pernyataan atau buah atau opini keislaman yang serba hitam putih di dalam membaca realitas,” tutur Haedar.