MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Sebagian besar wilayah Indonesia pada Selasa (8/11), mengalami gerhana bulan total. Peristiwa gerhana bulan mengacu pada fenomena astronomis di mana posisi Matahari, Bumi, dan Bulan dalam posisi satu garis lurus. Meski ilmuwan telah menjelaskan gerhana secara saintifik, bahkan mampu memprediksi kapan akan terjadi gerhana lagi, mitos mengenai gerhana masih banyak dipercayai masyarakat.
Salah satu mitos yang berkembang di masyarakat ialah selama fase gerhana, ibu hamil dilarang keluar rumah. Padahal, faktanya tidak ada bukti logis yang berkaitan antara ibu hamil dan fenomena gerhana bulan. Mitos soal fenemona alam ini juga karib ditemui masyarakat Jawa yang menganggap bahwa gerhana bulan merupakan tanda datangnya Batara Kala yang memakan bulan.
“Ada yang disebut dengan Batara Kala di masyarakat Jawa, di Tidore ada Dolo-dolo. Ada juga mitos yang mengatakan bahwa jika terjadi gerhana, orang hamil dilarang keluar rumah,” terang Divisi Kajian Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Rahmadi Wibowo dalam Oberservasi Gerhana Bulan Total pada Selasa (08/11) di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Menurut Rahmadi, di dalam Al Quran, ungkapan bulan disebut dalam berbagai ekspresi. Bulan pada zaman Nabi Ibrahim disebut sebagai sesuatu yang disembah (QS. Al An’am: 77), kadang disebut juga sebagai benda yang bergerak (QS. Yasin: 40). Sementara matahari, pada zaman Nabi Ibrahim juga dianggap sebagai sesembahan (QS. Al An’am: 78). Namun, semangat Al Quran dalam menarasikan soal bulan dan matahari menunjukkan bahwa kedua benda tersebut sebagai tanda waktu (QS. Yunus: 5). Ini menunjukkan sistem kalender.
“Maka kalender itu biasanya mendasarkan pada dua hal yaitu berdasarkan matahari atau bulan, atau menggabungkan keduanya. Yang menggunakan matahari disebut solar-system, yang menggunakan bulan disebut lunar-system,” ucap Rahmadi.
Berdasarkan pemahaman terhadap AL Quran dan Hadis, serta pantauan langsung ke arah langit menggunakan metode ilmiah-saintifik, gerhana merupakan satu objek astronomi bergerak kedalam bayang-bayang objek astronomi yang lain. Karenanya, gerhana bulan ialah bumi berada di antara Matahari dan Bulan, bayangan Bumi menutuipi Bulan. Dalam bahasa Arab fenomena ini disebut dengan khusuf al-qamar.
Penjelasan Rahmadi di atas memiliki pesan demitologisasi, yaitu negasi mitologi-mitologi yang tersebar luas di masyarakat. Demitologisasi dimaksudkan agar masyarakat Muslim melihat fenomena gerhana secara saintifik atau dengan pendekatan ilmiah.